Jumat, 09 Mei 2014

Kurikulum 2013 Harapan Kembalinya Karakter Generasi Muda

Malang - Perubahan kurikulum seringkali kita alami dan setiap ada pergantian menteri dapat dipastikan juga akan ada pergantian (perubahan) kebijakan pendidikan, bahkan juga bergantinya kurikulum.

Perubahan kurikulum yang terbaru dan saat ini masih menjadi "buah bibir" di kalangan akademisi maupun para pegiat pendidikan adalah kurikulum 2013 yang menggantikan kurikulum 2006.

Banyak item yang berubah secara signifikan dalam kurikulum 2013 ini, selain perubahan di jenjang perguruan tinggi, perubahan juga terjadi di jenjang SD hingga SMA. Tidak hanya sistem dan mekanismenya, tapi juga mata pelajaran serta penambahan durasi waktu belajar siswa.

Hal lain yang cukup mencolok dalam kurikulum 2013 yang akan diterapkan mulai tahun pelajaran baru (Juli 2013) adalah, dimasukkannya kegiatan Pramuka ke dalam kurikulum ekstra yang wajib diadakan di sekolah dalam rangka penguatan karakter siswa.

Menurut pembina kwarcab Pramuka Kota Malang Oetodjo Sardjito, Pramuka merupakan salah satu wahana pembentukan karakter siswa karena dalam Pramuka siswa dilatih akan kepemimpinan, kerja sama, solidaritas, mandiri, dan keberanian.

Hal ini sebagai penyeimbang kegiatan pembelajaran dalam kurikulum formal yang lebih berorientasi pada ranah kognitif (pengetahuan) dan psikomotorik (ketrampilan). "Kegiatan Pramuka ini akan mampu membangun kecerdasan siswa pada ranah afeksi (sikap dan perilaku), sehingga siswa akan mampu mengembangkan karakternya secara positif," tegas mantan Wakil Ketua DPRD Kota Malang tersebut.

Hanya saja, katanya, akhir-akhir ini Pramuka tidak lagi diminati oleh anak-anak muda, bahkan di sekolah pun peminatnya juga sangat minim, kecuali di SD yang memang diwajibkan.

Dengan dimasukkannya Pramuka dalam kurikulum 2013 ini, kata pemilik Laboratorium Kesehatan itu, diharapkan secara perlahan karakter, nasionalisme dan sikap-sikap dasar bangsa Indonesia, seperti gotong royong, saling menolong serta ramah tamah kembali tumbuh dan mampu membentuk karakter generasi muda yang lebih baik.

Sebab, katanya menegaskan, anak didik di sekolah tidak hanya diajari hal-hal yang bersifat akademik saja, tapi juga nonakademik yang mampu melahirkan manusia-manusia berkarakter dan mencintai Tanah Airnya.

Beberapa waktu lalu Wakil Ketua Kwartir Nasional Bidang Humas dan Informasi Kodrat Pramudho ketika menghadiri acara di Universitas Brawijaya (UB) Malang juga mengakui jika dalam beberapa tahun terakhir ini minat anak-anak muda yang masih duduk di bangku SMA maupun perguruan Tinggi (PT) untuk menekuni dunia kepramukaan sangat minim. Tidak hanya di Indonesia, tapi juga di dunia.

Padahal, katanya, kegiatan pramuka yang ada di SD-PT tersebut bisa melengkapi pendidikan formal yang cenderung lebih mengutamakan kemampuan intelektual ketimbang etika, pribadi yang menjunjung tinggi kebersamaan, saling membantu dan tenggang rasa.

Ia mengakui, kwarnas, kwarda maupun kwarcab memang harus bekerja lebih keras untuk mengembalikan minat siswa dan mahasiswa dalam menekuni kepramukaan.

Oleh karena itu, guru-guru di sekolah secara bertahap juga diberikan latihan secara intensif tentang kepramukaan agar nantinya bisa diterapkan di gugus depan (gudep) masing-masing sekolah sekaligus sebagai kakak pembina.

Perlu Apresiasi

Diakui atau tidak, kegiatan Pramuka di sekolah terbukti telah mampu memberikan arti tersendiri terhadap proses pembelajaran. Pada titik inilah, kebijakan Pramuka yang akan dijadikan ekstrakurikuler wajib di sekolah perlu mendapatkan apresiasi bersama.

Ada beberapa alasan, mengapa kebijakan Pramuka dalam kurikulum 2013 ini wajib diapresiasi bersama. Pertama, dikenal sebagai kegiatan yang menyenangkan dan siswa seolah mendapatkan ruang baru dari ruang kelas yang terus menerus "membelenggu" mereka, sehingga kegiatan Pramuka ini membuat mereka merasa gembira.

Alasan kedua, Pramuka adalah salah satu media pendidikan yang berbasis pada pengoptimalan otak kanan siswa. proses pembelajaran di kelas lebih dominan pada pengembangan otak kiri (IQ:Intelektual Quotient).

Sementara pengembangan otak kanan (EQ:Emotional Quotient) seringkali mendapatkan porsi yang sangat sedikit, sehingga Pramuka menjadi wahana yang tepat untuk mengembangkan emosional otak kanan karena siswa dilatih untuk berinteraksi, berkomunikasi, kreatif, dan berafiliasi dengan teman-teman lainnya.

Pramuka, kata Oetdojo Sardjito, melatih mental yang kuat. Melalui Pramuka, siswa dibekali dengan sikap mental yang tangguh seperti disiplin, berani, loyal, bertanggung jawab dan sifat-sifat lainnya, yang tercermin dalam dasa dharma Pramuka yang tidak ditemui dalam proses pembelajaran formal.

"Kita semua berharap, perubahan kurikulum yang urgensinya fokus pada pendidikan karakter ini akan menjadi harapan baru bagi peningkatan kualitas pendidikan di Tanah Air. Melalui pendidikan yang berkarakter, diharapkan mampu melahirkan generasi bangsa yang memiliki karakter kuat, integritas moral yang tinggi, dan sikap mental-spiritual yang tangguh," tandasnya.

Kesiapan Sekolah

Penerapan kurikulum 2013 pada tahun pelajaran 2013/2014 merupakan "harga mati" yang wajib dijalankan, sebab kurikulum tersebut dinilai lebih cocok untuk kondisi saat ini. Demikian penegasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) M Nuh dalam Renbuk Nasional Pendidikan Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sabtu (16/2).

"Saat ini bukan fasenya untuk memperdebatkan setuju atau tidak setuju, tapi menjalankan kurikulum tersebut," katanya, menegaskan.

Kurikulum baru itu nanti juga meringankan kerja guru karena tidak perlu lagi membuat silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Guru hanya fokus mempersiapkan materi dan belajar, sehingga efektifitas pembelajaran di kelas makin meningkat.

Wakil Presiden Boediono pun belum lama ini juga mengingatkan agar implementasi kurikulum pendidikan tahun pelajaran 2013/2014 tidak molor. Boediono meminta agar implementasi kurikulum dilakukan secara bertahap, tapi tetap tepat waktu. Boediono mengatakan, persiapan dan keinginan untuk melaksanakan kurikulum tidak harus dilakukan sekaligus, mengingat banyaknya jumlah peserta didik, sekolah, dan guru.

Wapres memperkirakan dalam kurun waktu tiga tahun untuk penyelesaian implementasi kurikulum 2013 adalah cukup, selama dikerjakan dengan benar. "Kita harus realistis karena tidak mungkin dilaksanakan sekaligus," ujarnya.

Meski harus diberlakukan pada tahun pelajaran 2013/2014 dan masih minim sosialisasi, sekolah-sekolah di Malang sudah siap untuk melaksanakan kurikulum 2013 tersebut.

Bahkan Dinas Pendidikan Kota Malang juga sudah memetakan (mengelompokkan) 54 sekolah yang akan membahas kurikulum 2013. Ke-54 kelompok itu adalah 22 SMP, 22 SMP, 5 SMA, 25 SD, dan 2 SMK.

"JUmlah itu sudah pasti, namun sekolah mana saja yang akan menjadi koordinator, masih kami bahas bersama, " kata Sekretaris Disdik Kota Malang Djupri.

Langkah pengelompokan sekolah itu sebagi upaya untuk mempersiapkan pemberlakuan kurikulum baru, sehingga pembelajaran di sekolah tidak sampai terganggu. "Pada tahun ajaran baru nanti kami harus sudah siap dengan kurikulum baru ini," tandasnya.

Menyinggung buku ajar yang akan menjadi acuan dalam setiap mata pelajaran, Djupri mengatakan, masih belum bisa dijelaskan secara panjang lebar karena pada saat rembuk nasional di Jakarta hanya ditunjukkan konsepnya.

"Katanya sih hampir sama dengan buku yang ada sekarang ini, tapi kami sendiri masih belum tahu perbedaannya apa," katanya.

Hanya saja Mendikbud M Nuh ketika di UMM mengatakan, buku paket di sekolah yang ada saat ini masih bisa digunakan selama materinya sesuai dengan materi kurikulum yang baru nanti. "Tapi, sekolah harus selektif dalam memilih buku ajar," tegas mantan Rektor ITS tersebut.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar