Selasa, 20 Mei 2014

DOKUMEN KURIKULUM 2013

 





DOKUMEN KURIKULUM 2013

      












KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DESEMBER 2012
 
Daftar Isi

    Hal.
    
  DAFTAR ISI

i
I  PENDAHULUAN  1
  A. Latar Belakang  
  B. Landasan Penyempurnaan Kurikulum  
  1. Landasan Yuridis  2
  2. Landasan Filosofis  3
  3. Landasan Teoritis  4
  4. landasan Empiris  7
  C. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum

9
II.  STRUKTUR KURIKULUM  
  A. Struktur Kurikulum SD  13
  B.  Struktur Kurikulum SMP  15
  C.  Struktur Kurikulum SMA  15
    
III.  STRATEGI IMPLEMENTASI  
  A.  Implementasi Kurikulum  18
  B. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan  19
  C. Pengembangan Buku Siswa dan Pedoman Guru  19
  D. Evaluasi Kurikulum  19
    
  Lampiran:  
  1. Kompetensi Dasar SD Kelas I, II, III, IV, V, VI  
  2. Kompetensi Dasar SMP Kelas VII, VIII, IX  
  3. Kompetensi Dasar SMA Kelas XI, XII, XIII  
  4. Hasil Uji Publik  



   http://kangmartho.com  1

BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Pembukaan  Undang-Undang  Dasar  1945  mengamanatkan  bahwa  pembentukan
Pemerintah  Negara  Indonesia  yaitu  antara  lain  untuk  mencerdaskan  kehidupan
bangsa. Untuk mewujudkan upaya  tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31
Ayat  (3) memerintahkan  agar  Pemerintah mengusahakan  dan menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta
akhlak mulia  dalam  rangka mencerdaskan  kehidupan  bangsa,  yang  diatur  dengan
undang-undang.
Perwujudan  dari  amanat  Undang-Undang  Dasar  1945  yaitu  dengan
diberlakukannya  Undang-Undang  Nomor  20  Tahun  2003  tentang  Sistem
Pendidikan Nasional, yang merupakan produk undang-undang pendidikan pertama
pada awal abad ke-21. Undang-undang ini menjadi dasar hukum untuk membangun
pendidikan  nasional  dengan  menerapkan  prinsip  demokrasi,  desentralisasi,  dan
otonomi pendidikan yang menjunjung  tinggi hak asasi manusia. Sejak Proklamasi
Kemerdekaan  17  Agustus  1945,  undang-undang  tentang  sistem  pendidikan
nasional telah mengalami beberapa kali perubahan. 
Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi  terwujudnya  sistem pendidikan
sebagai  pranata  sosial  yang  kuat  dan  berwibawa  untuk  memberdayakan  semua
warga  negara  Indonesia  berkembang menjadi manusia  yang  berkualitas  sehingga
mampu  dan  proaktif  menjawab  tantangan  zaman  yang  selalu  berubah.  Makna
manusia yang berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem  Pendidikan Nasional,  yaitu manusia  terdidik  yang  beriman  dan  bertakwa
kepada  Tuhan  Yang Maha  Esa,  berakhlak  mulia,  sehat,  berilmu,  cakap,  kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh
karena  itu,  pendidikan  nasional  harus  berfungsi  secara  optimal  sebagai  wahana
utama dalam pembangunan bangsa dan karakter.   http://kangmartho.com  2

Penyelenggaraan  pendidikan  sebagaimana  yang  diamanatkan  dalam  Undang-
Undang Nomor  20  Tahun  2003  tentang  Sistem  Pendidikan Nasional  diharapkan
dapat mewujudkan  proses  berkembangnya  kualitas  pribadi  peserta  didik  sebagai
generasi  penerus  bangsa  di  masa  depan,  yang  diyakini  akan  menjadi  faktor
determinan  bagi  tumbuh  kembangnya  bangsa  dan  negara  Indonesia  sepanjang
jaman.
Dari  sekian  banyak  unsur  sumber  daya  pendidikan,  kurikulum merupakan  salah
satu  unsur  yang  bisa memberikan  kontribusi  yang  signifikan  untuk mewujudkan
proses  berkembangnya  kualitas  potensi  peserta  didik.  Jadi  tidak  dapat  disangkal
lagi  bahwa  kurikulum,  yang  dikembangkan  dengan  berbasis  pada  kompetensi
sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1)
manusia  berkualitas  yang mampu  dan  proaktif menjawab  tantangan  zaman  yang
selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia,  sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan  (3)
warga  negara  yang  demokratis  dan  bertanggung  jawab.  Pengembangan  dan
pelaksanaan  kurikulum  berbasis  kompetensi  merupakan  salah  satu  strategi
pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

B. LANDASAN PENYEMPURNAAN KURIKULUM 
1. Landasan Yuridis 
Secara konseptual, kurikulum adalah suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan
masyarakat  dan  bangsa  dalam  membangun  generasi  muda  bangsanya.  Secara
pedagogis,  kurikulum  adalah  rancangan  pendidikan  yang  memberi  kesempatan
untuk peserta didik mengembangkan potensi dirinya dalam suatu suasana belajar
yang  menyenangkan  dan  sesuai  dengan  kemampuan  dirinya  untuk  memiliki
kualitas  yang  diinginkan masyarakat  dan  bangsanya.  Secara  yuridis,  kurikulum
adalah suatu kebijakan publik yang didasarkan kepada dasar filosofis bangsa dan
keputusan yuridis di bidang pendidikan.
Landasan  yuridis  kurikulum  adalah  Pancasila  dan  Undang-undang  Dasar  1945,
Undang-undang  nomor  20  tahun  2003  tentang  Sistem  Pendidikan  Nasional,   http://kangmartho.com  3

Peraturan  Pemerintah  nomor  19  tahun  2005,  dan  Peraturan Menteri  Pendidikan
Nasional  nomor  23  tahun  2006  tentang  Standar  Kompetensi  Lulusan  dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. 
2. Landasan Filosofis
Pendidikan  nasional  berfungsi  mengembangkan  dan  membentuk  watak  serta
peradaban  bangsa  yang  bermartabat  dalam  rangka  mencerdaskan  kehidupan
bangsa (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Untuk
mengembangkan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat,
pendidikan  berfungsi  mengembangkan  segenap  potensi  peserta  didik  “menjadi
manusia  yang  beriman  dan  bertaqwa  kepada  Tuhan Yang Maha  Esa,  berakhlak
mulia,  sehat,  berilmu,  cakap,  kreatif,  mandiri,  dan  menjadi  warganegara  yang
demokratis serta bertanggungjawab” (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional). 
Berdasarkan    fungsi  dan  tujuan  pendidikan  nasional  maka  pengembangan
kurikulum haruslah berakar pada budaya bangsa, kehidupan bangsa masa kini, dan 
kehidupan bangsa di masa mendatang.
Pendidikan  berakar  pada  budaya  bangsa.  Proses  pendidikan  adalah  suatu  proses
pengembangan  potensi  peserta  didik  sehingga  mereka mampu menjadi  pewaris
dan  pengembang  budaya  bangsa.  Melalui  pendidikan  berbagai  nilai  dan
keunggulan    budaya  di  masa  lampau  diperkenalkan,  dikaji,  dan  dikembangkan
menjadi  budaya  dirinya,  masyarakat,  dan  bangsa  yang  sesuai  dengan  zaman
dimana  peserta  didik  tersebut  hidup  dan  mengembangkan  diri.    Kemampuan
menjadi  pewaris  dan  pengembang  budaya  tersebut  akan  dimiliki  peserta  didik
apabila  pengetahuan,  kemampuan  intelektual,  sikap  dan  kebiasaan,  keterampilan
sosial  memberikan  dasar    untuk  secara  aktif  mengembangkan  dirinya  sebagai
individu, anggota masyarakat, warganegara, dan anggota umat manusia.  
Pendidikan  juga  harus  memberikan  dasar  bagi  keberlanjutan  kehidupan  bangsa
dengan segala aspek kehidupan bangsa yang mencerminkan karakter bangsa masa
kini.  Oleh  karena  itu,  konten  pendidikan    yang  mereka  pelajari  tidak  semata
berupa  prestasi  besar  bangsa  di masa  lalu  tetapi  juga  hal-hal  yang  berkembang
pada  saat  kini  dan  akan  berkelanjutan  ke  masa  mendatang.  Berbagai   http://kangmartho.com  4

perkembangan baru dalam  ilmu,  teknologi, budaya, ekonomi, sosial, politik yang
dihadapi  masyarakat,  bangsa  dan  umat  manusia  dikemas  sebagai  konten
pendidikan.  Konten  pendidikan  dari  kehidupan  bangsa  masa  kini  memberi
landasan bagi pendidikan untuk selalu terkait dengan kehidupan masyarakat dalam
berbagai  aspek  kehidupan,  kemampuan  berpartisipasi  dalam  membangun
kehidupan  bangsa  yang  lebih  baik,  dan  memosisikan  pendidikan  yang  tidak
terlepas  dari  lingkungan  sosial,  budaya,  dan  alam.  Lagipula,  konten  pendidikan
dari  kehidupan  bangsa masa  kini  akan memberi makna  yang  lebih  berarti  bagi
keunggulan  budaya  bangsa  di  masa  lalu  untuk  digunakan  dan  dikembangkan
sebagai bagian dari kehidupan  masa kini. 
Peserta didik yang mengikuti pendidikan masa kini akan menggunakan apa yang
diperolehnya  dari  pendidikan  ketika mereka  telah menyelesaikan  pendidikan  12
tahun dan berpartisipasi penuh sebagai warganegara. Atas dasar pikiran  itu maka
konten pendidikan yang dikembangkan dari warisan budaya dan kehidupan masa
kini  perlu  diarahkan  untuk  memberi  kemampuan  bagi  peserta  didik
menggunakannya  bagi  kehidupan  masa  depan  terutama  masa  dimana  dia  telah
menyelesaikan pendidikan  formalnya. Dengan demikian  sikap, keterampilan dan
pengetahuan  yang  menjadi  konten  pendidikan  harus  dapat  digunakan  untuk
kehidupan    paling  tidak  satu  sampai  dua  dekade  dari  sekarang. Artinya,  konten
pendidikan  yang  dirumuskan  dalam  Standar  Kompetensi  Lulusan  dan
dikembangkan  dalam  kurikulum  harus  menjadi  dasar  bagi  peserta  didik  untuk
dikembangkan  dan  disesuaikan  dengan  kehidupan  mereka  sebagai  pribadi,
anggota masyarakat, dan warganegara  yang produktif  serta bertanggungjawab di
masa mendatang.     
3. Landasan Teoritis
Kurikulum  dikembangkan  atas  dasar  teori  pendidikan  berdasarkan  standar  dan
teori pendidikan berbasis kompetensi. 
Pendidikan  berdasarkan  standar  adalah  pendidikan  yang  menetapkan  standar
nasional  sebagai  kualitas  minimal  hasil  belajar  yang  berlaku  untuk  setiap
kurikulum.  Standar  kualitas  nasional  dinyatakan  sebagai  Standar  Kompetensi
Lulusan.  Standar  Kompetensi  Lulusan  tersebut  adalah  kualitas minimal  lulusan   http://kangmartho.com  5

suatu  jenjang  atau  satuan  pendidikan.  Standar  Kompetensi  Lulusan  mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan (PP nomor 19 tahun 2005). 
Standar Kompetensi Lulusan dikembangkan menjadi Standar Kompetensi Lulusan
Satuan  Pendidikan  yaitu  SKL  SD,  SMP,  SMA,  SMK.  Standar  Kompetensi
Lulusan satuan pendidikan berisikan 3 (tiga) komponen yaitu kemampuan proses,
konten,  dan  ruang  lingkup  penerapan  komponen  proses  dan  konten. Komponen
proses  adalah  kemampuan  minimal  untuk  mengkaji  dan  memproses  konten
menjadi kompetensi. Komponen konten adalah dimensi kemampuan yang menjadi
sosok manusia yang dihasilkan dari pendidikan. Komponen ruang  lingkup adalah
keluasan  lingkungan  minimal  dimana    kompetensi  tersebut  digunakan,  dan
menunjukkan gradasi antara  satu  satuan pendidikan dengan  satuan pendidikan di
atasnya serta jalur satuan pendidikan khusus (SMK, SDLB, SMPLB, SMALB).  
Kompetensi  adalah  kemampuan  seseorang  untuk  bersikap,  menggunakan
pengetahuan  dan  keterampilan  untuk  melaksanakan  suatu  tugas  di  sekolah,
masyarakat, dan  lingkungan dimana  yang bersangkutan berinteraksi.   Kurikulum
dirancang  untuk  memberikan  pengalaman  belajar  seluas-luasnya  bagi  peserta
didik  untuk  mengembangkan  sikap,  keterampilan  dan  pengetahuan  yang
diperlukan untuk membangun kemampuan tersebut. Hasil dari pengalaman belajar
tersebut adalah hasil belajar peserta didik yang menggambarkan manusia dengan
kualitas yang dinyatakan dalam SKL. 
Kurikulum adalah  seperangkat  rencana dan pengaturan mengenai  tujuan,  isi, dan
bahan  pelajaran  serta  cara  yang  digunakan  sebagai  pedoman  penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai  tujuan pendidikan  tertentu (UU nomor 20
tahun  2003;  PP  nomor  19  tahun  2005). Kurikulum  berbasis  kompetensi  adalah
kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk dokumen, proses, maupun penilaian
didasarkan  pada  pencapaian  tujuan,  konten  dan  bahan  pelajaran  serta
penyelenggaraan  pembelajaran  yang  didasarkan  pada  Standar  Kompetensi
Lulusan.
Konten  pendidikan  dalam  SKL  dikembangkan  dalam  bentuk  kurikulum  satuan
pendidikan dan  jenjang pendidikan sebagai suatu  rencana  tertulis  (dokumen) dan
kurikulum sebagai proses (implementasi). Dalam dimensi sebagai rencana tertulis,
kurikulum harus mengembangkan SKL menjadi   konten kurikulum yang berasal   http://kangmartho.com  6

dari  prestasi  bangsa  di masa  lalu,  kehidupan  bangsa masa  kini,  dan  kehidupan
bangsa  di  masa  mendatang.  Dalam  dimensi  rencana  tertulis,  konten  kurikulum
tersebut  dikemas  dalam  berbagai mata  pelajaran  sebagai  unit  organisasi  konten
terkecil. Dalam  setiap mata pelajaran  terdapat konten  spesifik yaitu pengetahuan
dan  konten  berbagi  dengan  mata  pelajaran  lain  yaitu  sikap  dan  keterampilan. 
Secara  langsung  mata  pelajaran  menjadi  sumber  bahan  ajar  yang  spesifik  dan
berbagi untuk dikembangkan dalam dimensi proses suatu kurikulum. 
Kurikulum  dalam  dimensi  proses  adalah  realisasi  ide  dan  rancangan  kurikulum
menjadi suatu proses pembelajaran. Guru adalah tenaga kependidikan utama yang
mengembangkan  ide  dan  rancangan  tersebut  menjadi  proses  pembelajaran.
Pemahaman guru  tentang kurikulum akan menentukan  rancangan guru  (Rencana
Program  Pembelajaran/RPP)  dan  diterjemahkan  ke  dalam  bentuk  kegiatan
pembelajaran.  Peserta  didik  berhubungan  langsung  dengan  apa  yang  dilakukan
guru  dalam  kegiatan  pembelajaran    dan  menjadi  pengalaman  langsung  peserta
didik. Apa yang dialami peserta didik akan menjadi hasil belajar pada dirinya dan
menjadi hasil kurikulum. Oleh karena  itu proses pembelajaran harus memberikan
kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya
menjadi  hasil  belajar  yang  sama  atau  lebih  tinggi  dari  yang  dinyatakan  dalam
Standar Kompetensi Lulusan.     
Kurikulum  berbasis  kompetensi  adalah  “outcomes-based  curriculum”  dan  oleh
karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang
dirumuskan dari SKL. Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum
diukur  dari  pencapaian  kompetensi.  Keberhasilan  kurikulum  diartikan  sebagai
pencapaian  kompetensi  yang  dirancang  dalam  dokumen  kurikulum  oleh  seluruh
peserta didik. 

Karakteristik kurikulum berbasis kompetensi adalah:
(1) Isi  atau  konten  kurikulum  adalah  kompetensi  yang  dinyatakan  dalam  bentuk
Kompetensi  Inti  (KI)  mata  pelajaran  dan  dirinci  lebih  lanjut  ke  dalam
Kompetensi Dasar (KD).    http://kangmartho.com  7

(2) Kompetensi  Inti  (KI)  merupakan  gambaran  secara  kategorial  mengenai
kompetensi  yang  harus  dipelajari  peserta  didik  untuk  suatu  jenjang  sekolah,
kelas, dan mata pelajaran
(3) Kompetensi Dasar  (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik
untuk suatu mata pelajaran di kelas tertentu. 
(4) Penekanan  kompetensi  ranah    sikap,  keterampilan  kognitif,  keterampilan
psikomotorik,  dan  pengetahuan  untuk  suatu  satuan  pendidikan  dan  mata
pelajaran  ditandai  oleh  banyaknya  KD  suatu  mata  pelajaran.  Untuk  SD
pengembangan sikap menjadi kepedulian utama kurikulum.
(5) Kompetensi  Inti    menjadi  unsur  organisatoris  kompetensi    bukan  konsep,
generalisasi,  topik  atau  sesuatu  yang  berasal  dari  pendekatan  “disciplinary–
based curriculum” atau “content-based curriculum”.
(6) Kompetensi Dasar    yang  dikembangkan  didasarkan  pada  prinsip  akumulatif,
saling memperkuat dan memperkaya antar mata pelajaran.
(7) Proses  pembelajaran  didasarkan  pada  upaya  menguasai  kompetensi  pada
tingkat  yang  memuaskan  dengan  memperhatikan  karakteristik  konten
kompetensi dimana pengetahuan adalah konten yang bersifat tuntas (mastery).
Keterampilan  kognitif  dan  psikomotorik  adalah  kemampuan  penguasaan
konten  yang  dapat  dilatihkan.  Sedangkan  sikap  adalah  kemampuan
penguasaan  konten  yang  lebih  sulit  dikembangkan  dan  memerlukan  proses
pendidikan yang tidak langsung. 
(8) Penilaian hasil belajar mencakup  seluruh  aspek kompetensi, bersifat  formatif
dan hasilnya  segera diikuti dengan pembelajaran  remedial untuk memastikan
penguasaan  kompetensi  pada  tingkat  memuaskan  (Kriteria  Ketuntasan
Minimal/KKM dapat dijadikan tingkat memuaskan).
   

4. Landasan Empiris
Pada  saat  ini  perekonomian  Indonesia  terus  tumbuh  di  tengah  bayang-bayang
resesi  dunia.  Pertumbuhan  ekonomi  Indonesia  dari  2005  sampai  dengan  2008
berturut-turut  5,7%,  5,5%,  6,3%,  2008:  6,4%
(www.presidenri.go.id/index.php/indikator).  Pertumbuhan  ekonomi  Indonesia
tahun 2012 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi negara-   http://kangmartho.com  8

negara  ASEAN  sebesar  6,5  –  6,9  %  (Agus  D.W. Martowardojo,  dalam  Rapat
Paripurna DPR, 31/05/2012).   Momentum pertumbuhan  ekonomi  ini harus  terus
dijaga dan ditingkatkan. Generasi muda berjiwa wirausaha yang  tangguh, kreatif, 
ulet,  jujur,  dan    mandiri,  sangat  diperlukan  untuk    memantapkan  pertumbuhan
ekonomi  Indonesia di masa depan. Generasi  seperti  ini  seharusnya  tidak muncul
karena  hasil  seleksi  alam,  namun  karena  hasil  gemblengan  pada  tiap  jenjang
satuan pendidikan dengan kurikulum sebagai pengarahnya. 
Sebagai  negara  bangsa  yang  besar  dari  segi  geografis,  suku  bangsa,  potensi
ekonomi,  dan  beragamnya  kemajuan  pembangunan  dari  satu  daerah  ke  daerah
lain,  sekecil  apapun  ancaman  disintegrasi  bangsa  masih  tetap  ada.  Kurikulum
harus  mampu  membentuk  manusia  Indonesia  yang  mampu  menyeimbangkan
kebutuhan individu dan masyarakat untuk memajukan jatidiri sebagai bagian dari
bangsa  Indonesia  dan  kebutuhan  untuk  berintegrasi  sebagai  satu  entitas  bangsa
Indonesia.
Dewasa ini, kecenderungan menyelesaikan persoalan dengan kekerasan dan kasus
pemaksaan  kehendak  sering  muncul  di  Indonesia.  Kecenderungan  ini  juga
menimpa  generasi  muda,  misalnya  pada  kasus-kasus  perkelahian  massal.
Walaupun  belum  ada  kajian  ilmiah  bahwa  kekerasan  tersebut  bersumber  dari
kurikulum,  namun  beberapa  ahli  pendidikan  dan  tokoh masyarakat menyatakan
bahwa  salah  satu  akar masalahnya  adalah  implementasi  kurikulum  yang  terlalu
menekankan  aspek  kognitif  dan  keterkungkungan  peserta  didik  di  ruang
belajarnya dengan kegiatan yang kurang menantang peserta didik. Oleh karena itu,
kurikulum  perlu  direorientasi  dan  direorganisasi  terhadap  beban  belajar  dan
kegiatan pembelajaran yang dapat menjawab kebutuhan ini.
Berbagai  elemen  masyarakat  telah  memberikan  kritikan,  komentar,  dan  saran
berkaitan  dengan  beban  belajar  siswa,  khususnya  siswa  sekolah  dasar.  Beban
belajar  ini  bahkan  secara  kasatmata  terwujud  pada  beratnya  beban  buku  yang
harus dibawa ke sekolah. Beban belajar ini salah satunya berhulu dari banyaknya
mata pelajaran yang ada di tingkat sekolah dasar. Oleh karena itu kurikulum pada
tingkat  sekolah  dasar  perlu  diarahkan  kepada  peningkatan  3  (tiga)  kemampuan
dasar, yakni baca, tulis, dan hitung serta pembentukan karakter.   http://kangmartho.com  9

Berbagai  kasus  yang  berkaitan  dengan  penyalahgunaan  wewenang,  manipulasi,
termasuk masih  adanya  kecurangan  di  dalam  Ujian  Nasional/UN menunjukkan
mendesaknya upaya menumbuhkan budaya jujur dan antikorupsi melalui kegiatan
pembelajaran  di  dalam  satuan  pendidikan.  Maka  kurikulum  harus  mampu
memandu upaya karakterisasi nilai-nilai kejujuran pada peserta didik.
Pada  saat  ini,  upaya  pemenuhan  kebutuhan  manusia  telah  secara  nyata
mempengaruhi  secara  negatif  lingkungan  alam.  Pencemaran,  semakin
berkurangnya  sumber  air  bersih,  adanya  potensi  rawan  pangan  pada  berbagai
belahan dunia, dan pemanasan  global merupakan  tantangan  yang harus  dihadapi
generasi muda di masa kini dan di masa yang akan datang. Kurikulum seharusnya
juga  diarahkan  untuk  membangun  kesadaran  dan  kepedulian  generasi  muda
terhadap  lingkungan  alam  dan  menumbuhkan  kemampuan  untuk  merumuskan
pemecahan  masalah  secara  kreatif  terhadap  isu-isu  lingkungan  dan  ketahanan
pangan. 
Dengan berbagai kemajuan yang  telah dicapai, mutu pendidikan  Indonesia harus
terus  ditingkatkan.  Hasil  studi  PISA  (Program  for  International  Student
Assessment), yaitu studi yang memfokuskan pada literasi bacaan, matematika, dan
IPA, menunjukkan  peringkat  Indonesia  baru  bisa menduduki  10  besar  terbawah
dari  65  negara.  Hasil  studi  TIMSS  (Trends  in  International  Mathematics  and
Science  Study) menunjukkan  siswa  Indonesia  berada  pada  ranking  amat  rendah
dalam kemampuan (1) memahami informasi yang komplek, (2) teori, analisis dan
pemecahan masalah, (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah dan (4)
melakukan investigasi. Hasil studi ini menunjukkan perlu ada perubahan orientasi
kurikulum  dengan  tidak  membebani  peserta  didik  dengan  konten  namun  pada
aspek  kemampuan  esensial  yang  diperlukan  semua  warga  negara  untuk
berperanserta dalam membangun negara pada masa mendatang.

C.  PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM

Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
1.  Kurikulum  satuan pendidikan atau  jenjang pendidikan bukan merupakan daftar
mata  pelajaran.  Atas  dasar  prinsip  tersebut  maka  kurikulum  sebagai  rencana   http://kangmartho.com  10

adalah  rancangan  untuk  konten  pendidikan  yang  harus  dimiliki  oleh  seluruh
peserta  didik  setelah menyelesaikan  pendidikannya  di  satu  satuan  atau  jenjang
pendidikan  tertentu.    Kurikulum  sebagai  proses  adalah  totalitas  pengalaman
belajar  peserta  didik  di  satu  satuan  atau  jenjang  pendidikan  untuk menguasai
konten pendidikan yang dirancang dalam rencana. Hasil belajar adalah perilaku
peserta  didik  secara  keseluruhan  dalam  menerapkan  perolehannya  di
masyarakat.
 
2.  Standar  kompetensi  lulusan  ditetapkan  untuk  satu  satuan  pendidikan,  jenjang
pendidikan,  dan  program  pendidikan.  Sesuai  dengan  kebijakan  Pemerintah
mengenai  Wajib  Belajar  12  Tahun  maka  Standar  Kompetensi  Lulusan  yang
menjadi dasar pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki
peserta  didik  setelah mengikuti  proses  pendidikan  selama  12  tahun. Selain  itu
sesuai  dengan  fungsi  dan  tujuan  jenjang  pendidikan  dasar  dan  pendidikan
menengah  serta  fungsi  dan  tujuan  dari masing-masing  satuan  pendidikan  pada
setiap  jenjang pendidikan maka pengembangan kurikulum didasarkan pula atas
Standar Kompetensi Lulusan pendidikan dasar dan pendidikan menengah  serta
Standar Kompetensi satuan pendidikan.

3.  Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi
berupa  sikap,  pengetahuan,  keterampilan  berpikir,  dan  keterampilan
psikomotorik  yang  dikemas  dalam  berbagai mata  pelajaran. Kompetensi  yang
termasuk  pengetahuan  dikemas  secara  khusus  dalam  satu  mata  pelajaran.
Kompetensi  yang  termasuk  sikap  dan  ketrampilan  dikemas  dalam  setiap mata
pelajaran  dan  bersifat  lintas  mata  pelajaran  dan  diorganisasikan  dengan
memperhatikan  prinsip  penguatan  (organisasi  horizontal)  dan  keberlanjutan
(organisasi vertikal) sehingga memenuhi prinsip akumulasi dalam pembelajaran.

4.  Kurikulum  didasarkan  pada  prinsip  bahwa  setiap  sikap,  keterampilan  dan
pengetahuan  yang  dirumuskan  dalam  kurikulum  berbentuk Kemampuan Dasar
dapat  dipelajari  dan  dikuasai  setiap  peserta  didik  (mastery  learning)  sesuai
dengan kaedah kurikulum berbasis kompetensi.
   http://kangmartho.com  11

5.  Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk  mengembangkan  perbedaan  dalam  kemampuan  dan  minat.  Atas  dasar
prinsip perbedaan kemampuan individual peserta didik,  kurikulum memberikan
kesempatan  kepada  peserta  didik  untuk  memiliki  tingkat  penguasaan  di  atas
standar  yang  telah  ditentukan  (dalam  sikap,  keterampilan  dan  pengetahuan).
Oleh  karena  itu  beragam  program  dan  pengalaman  belajar  disediakan  sesuai
dengan minat dan kemampuan awal peserta didik.

6.  Kurikulum  berpusat  pada  potensi,  perkembangan,  kebutuhan,  dan  kepentingan
peserta  didik  serta  lingkungannya.  Kurikulum  dikembangkan  berdasarkan
prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.

7.  Kurikulum  harus  tanggap  terhadap  perkembangan  ilmu  pengetahuan,    budaya,
teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu
pengetahuan,  budaya,  teknologi,  dan  seni  berkembang  secara  dinamis.  Oleh
karena  itu    konten  kurikulum  harus  selalu  mengikuti  perkembangan  ilmu
pengetahuan,  budaya,  teknologi,  dan  seni;  membangun  rasa  ingin  tahu  dan
kemampuan bagi peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara  tepat
hasil-hasil ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

8.  Kurikulum harus relevan dengan  kebutuhan kehidupan. Pendidikan tidak boleh
memisahkan  peserta  didik  dari  lingkungannya  dan  pengembangan  kurikulum
didasarkan  kepada  prinsip  relevansi  pendidikan  dengan  kebutuhan  dan
lingkungan hidup. Artinya, kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta
didik  untuk  mempelajari  permasalahan  di  lingkungan  masyarakatnya  sebagai
konten  kurikulum  dan  kesempatan  untuk  mengaplikasikan  yang  dipelajari  di
kelas dalam kehidupan di masyarakat.
   
9.  Kurikulum  diarahkan  kepada  proses  pengembangan,  pembudayaan  dan
pemberdayaan peserta didik  yang berlangsung  sepanjang hayat.  Pemberdayaan
peserta  didik  untuk  belajar  sepanjang  hayat  dirumuskan  dalam  sikap,
keterampilan,  dan  pengetahuan  dasar  yang  dapat  digunakan  untuk
mengembangkan budaya belajar.   http://kangmartho.com  12


10. Kurikulum  dikembangkan  dengan  memperhatikan  kepentingan  nasional  dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.  Kepentingan  nasional  dikembangkan  melalui  penentuan  struktur
kurikulum,  Standar Kemampuan/SK  dan Kemampuan Dasar/KD  serta  silabus.
Kepentingan  daerah  dikembangkan  untuk  membangun  manusia  yang  tidak
tercabut  dari  akar  budayanya  dan  mampu  berkontribusi  langsung  kepada
masyarakat  di  sekitarnya.  Kedua  kepentingan  ini  saling  mengisi  dan
memberdayakan  keragaman  dan  kebersatuan  yang  dinyatakan  dalam Bhinneka
Tunggal Ika untuk membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia.

11. Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian
kompetensi.  Instrumen  penilaian  hasil  belajar  adalah  alat  untuk  mengetahui
kekurangan  yang  dimiliki  setiap  peserta  didik  atau  sekelompok  peserta  didik.
Kekurangan  tersebut  harus  segera  diikuti  dengan  proses  perbaikan  terhadap
kekurangan  dalam  aspek  hasil  belajar  yang  dimiliki  seorang  atau  sekelompok
peserta didik.





   http://kangmartho.com  13

BAB  II 
STRUKTUR KURIKULUM

Struktur  kurikulum  terdiri  atas  sejumlah mata  pelajaran,  beban  belajar,  dan  kalender
pendidikan. Mata pelajaran terdiri atas:
- Mata  pelajaran wajib  diikuti  oleh  seluruh  peserta  didik  di  satu  satuan  pendidikan
pada setiap satuan atau jenjang pendidikan 
- Mata    pelajaran  pilihan  yang  diikuti  oleh  peserta  didik  sesuai  dengan  pilihan
mereka.
Kedua  kelompok mata  pelajaran  tersebut  (wajib  dan  pilihan)  terutama  dikembangkan
dalam  struktur  kurikulum  pendidikan  menengah  (SMA  dan  SMK)  sementara  itu
mengingat usia dan perkembangan psikologis peserta didik usia 7 – 15 tahun maka mata
pelajaran pilihan belum diberikan untuk peserta didik SD dan SMP.
1.  Struktur Kurikulum SD
Beban belajar dinyatakan dalam  jam belajar  setiap minggu untuk masa belajar  selama
satu  semester.  Beban  belajar  di  SD  Tahun  I,  II,  dan  III  masing-masing  30,  32,  34
sedangkan  untuk  Tahun  IV,  V,  dan  VI  masing-masing  36  jam  setiap  minggu.  Jam
belajar SD adalah 40 menit.
Struktur Kurikulum SD adalah sebagai berikut:
MATA  PELAJARAN  ALOKASI WAKTU BELAJAR PER MINGGU
I  II  III  IV  V  VI
Kelompok A              
1.  Pendidikan Agama  4  4  4  4  4  4
2.  Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan  5  6  6  6  6  6
3.  Bahasa Indonesia  8  8  10  10  10  10
4.  Matematika  5  6  6  6  6  6
Kelompok B            
1.  Seni Budaya dan Keterampilan
(termasuk muatan lokal)
4  4  4  6  6  6
2.  Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan
Kesehatan
(termasuk muatan lokal)
4  4  4  4  4  4
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu   30  32  34  36  36  36

= Pembelajaran  Tematik Terintegrasi   http://kangmartho.com  14

Kelompok  A  adalah  mata  pelajaran  yang  memberikan  orientasi  kompetensi  lebih
kepada aspek intelektual dan afektif sedangkan kelompok B adalah mata pelajaran yang
lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor.
Integrasi  konten  IPA  dan  IPS  adalah  berdasarkan  makna  mata  pelajaran  sebagai
organisasi  konten  dan  bukan  sebagai  sumber  dari  konten.  Konten  IPA  dan  IPS
diintegrasikan ke dalam mata pelajaran PPKn, Bahasa  Indonesia dan Matematika yang
harus ada berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
Pembelajaran  tematik  merupakan  pendekatan  pembelajaran  yang  mengintegrasikan
berbagai  kompetensi  dari  berbagai mata  pelajaran. Pengintegrasian  tersebut  dilakukan
dalam  2  (dua)  hal,  yaitu  integrasi  sikap,  kemampuan/keterampilan  dan  pengetahuan
dalam proses pembelajaran serta pengintegrasian berbagai konsep dasar yang berkaitan. 
Tema memberikan makna  kepada  konsep  dasar  tersebut  sehingga  peserta  didik  tidak
mempelajari  konsep  dasar  tanpa  terkait  dengan  kehidupan  nyata.  Dengan  demikian,
pembelajaran memberikan makna nyata kepada peserta didik.
Tema  yang  dipilih  berkenaan  dengan  alam  dan  kehidupan manusia. Keduanya  adalah
pemberi makna  yang  substansial  terhadap bahasa, PPKn, matematika dan  seni budaya
karena keduanya adalah  lingkungan nyata dimana peserta didik dan masyarakat hidup.
Disinilah  kemampuan  dasar/KD  dari  IPA  dan  IPS  yang  diorganisasikan  ke  mata
pelajaran lain yang memiliki peran penting sebagai pengikat dan pengembang KD mata
pelajaran lainnya.
Berdasarkan sudut pandang psikologis, tingkat perkembangan peserta didik tidak cukup
abstrak  untuk  memahami  konten  mata  pelajaran  secara  terpisah-pisah.  Pandangan
psikologi perkembangan dan Gestalt memberi dasar yang kuat untuk integrasi KD yang
diorganisasikan  dalam  pembelajaran  tematik.  Dari  sudut  pandang  transdisciplinarity
maka pengotakan konten kurikulum secara terpisah ketat tidak memberikan keuntungan
bagi kemampuan berpikir selanjutnya.
  

   http://kangmartho.com  15

2.  Struktur Kurikulum SMP
Beban  belajar  di  SMP  untuk  Tahun  VII,  VIII,  dan  IX  masing-masing  38  jam  per
minggu. Jam belajar SMP adalah 40 menit.
Struktur Kurikulum SMP adalah sebagai berikut:
MATA PELAJARAN  ALOKASI WAKTU BELAJAR PER MINGGU
VII  VIII  IX
Kelompok A         
1.  Pendidikan Agama  3  3  3
2.  Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan  3  3  3
3.  Bahasa Indonesia  6  6  6
4.  Matematika  5  5  5
5.  Ilmu Pengetahuan Alam  5  5  5
6.  Ilmu Pengetahuan Sosial  4  4  4
7.  Bahasa Inggris  4  4  4
Kelompok B      
1.  Seni Budaya (termasuk muatan lokal)  3  3  3
2.  Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan 
(termasuk muatan lokal)
3  3  3
3.  Prakarya
(termasuk muatan lokal)
2  2  2
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu   38  38  38

Kelompok  A  adalah  mata  pelajaran  yang  memberikan  orientasi  kompetensi  lebih
kepada aspek intelektual dan afektif sedangkan kelompok B adalah mata pelajaran yang
lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor.
3.  Struktur Kurikulum SMA
Untuk  menerapkan  konsep  kesamaan  antara  SMA  dan  SMK  maka  dikembangkan
kurikulum Pendidikan Menengah yang terdiri atas Kelompok mata pelajaran Wajib dan
Mata  pelajaran  Pilihan. Mata  pelajaran  wajib  sebanyak  9  (Sembilan) mata  pelajaran
dengan beban belajar 18  jam per minggu. Konten kurikulum  (Kompetensi  Inti/KI dan
KD) dan kemasan konten serta label konten (mata pelajaran) untuk mata pelajaran wajib
bagi  SMA  dan  SMK  adalah  sama.  Struktur  ini  menempatkan  prinsip  bahwa  peserta   http://kangmartho.com  16

didik  adalah  subjek  dalam  belajar  dan  mereka  memiliki  hak  untuk  memilih  sesuai
dengan minatnya.
Mata pelajaran pilihan terdiri atas pilihan akademik (SMA) serta pilihan akademik dan
vokasional  (SMK). Mata pelajaran pilihan  ini memberikan corak kepada  fungsi satuan
pendidikan dan di dalamnya  terdapat pilihan sesuai dengan minat peserta didik. Beban
belajar di SMA untuk Tahun X, XI, dan XII masing-masing 43 jam belajar per minggu.
Satu jam belajar adalah 45 menit.
Struktur  Kurikulum  Pendidikan  Menengah  kelompok  mata  pelajaran  wajib  sebagai
berikut.
 
MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU BELAJAR 
PER MINGGU
X  XI  XII
Kelompok  Wajib      
1.
Pendidikan Agama  3  3  3
2.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan  2  2  2
3.
Bahasa Indonesia  4  4  4
4.
Matematika  4  4  4
5.
Sejarah Indonesia  2  2  2
6.
Bahasa Inggris  2  2  2
7.
Seni Budaya  2  2  2
8.
Prakarya  2  2  2
9.
Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan   2  2  2
Jumlah  Jam Pelajaran Kelompok  Wajib per minggu   23  23  23
Kelompok Peminatan      
Mata Pelajaran Peminatan Akademik (SMA)  20  20  20
Mata Pelajaran Peminatan Akademik dan Vokasi (SMK)  28  28  28

Kompetensi    Dasar  mata  pelajaran  wajib  memberikan  kemampuan  dasar  yang  sama
bagi tamatan Pendidikan Menengah antara mereka yang belajar di SMA dan SMK.
Bagi mereka  yang memilih SMA  tersedia  pilihan  kelompok  peminatan  (sebagai  ganti
jurusan) dan pilihan antar kelompok peminatan dan bebas. Nama Kelompok Peminatan
digunakan  karena  memiliki  keterbukaan  untuk  belajar  di  luar  kelompok  tersebut   http://kangmartho.com  17

sedangkan nama jurusan memiliki konotasi terbatas pada apa yang tersedia pada jurusan
tersebut dan tidak boleh mengambil mata pelajaran di luar jurusan.
Struktur Kelompok Peminatan Akademik (SMA) memberikan keleluasaan bagi peserta
didik  sebagai  subjek  tetapi  juga  berdasarkan  pandangan  bahwa  semua  disiplin  ilmu
adalah  sama  dalam  kedudukannya. Nama  kelompok minat  diubah  dari  IPA,  IPS  dan
Bahasa  menjadi  Matematika  dan  Sains,  Sosial,  dan  Bahasa.  Nama-nama  ini  tidak
diartikan  sebagai  nama  kelompok  disiplin  ilmu  karena  adanya  berbagai  pertentangan
fisolosfis  pengelompokan  disiplin  ilmu. Berdasarkan  filosofi  rekonstruksi  sosial maka
nama organisasi kurikulum tidak terikat pada nama disiplin ilmu.
Terlampir  di  bawah  adalah  mata  pelajaran  peminatan  dan  mata  pelajaran  pilihan
(pendalaman minat dan lintas minat).
MATA PELAJARAN
Kelas
X  XI  XII
Kelompok Wajib  23  23  23
Peminatan Matematika dan Sains      
I  1  Matematika  3  4  4
2  Biologi  3  4  4
3  Fisika  3  4  4
4  Kimia  3  4  4
Peminatan Sosial      
II  1  Geografi  3  4  4
2  Sejarah  3  4  4
3  Sosiologi dan Antropologi  3  4  4
4  Ekonomi  3  4  4
Peminatan Bahasa      
III  1  Bahasa dan Sastra Indonesia  3  4  4
2  Bahasa dan Sastra Inggris  3  4  4
3  Bahasa dan Sastra Asing lainnya  3  4  4
4  Sosiologi dan Antropologi  3  4  4
Mata Pelajaran Pilihan      
    Pilihan Pendalaman Minat atau Lintas Minat  6  4  4
Jumlah Jam Pelajaran Yang Tersedia   73  75  75
Jumlah Jam Pelajaran Yang harus Ditempuh   41  43  43


   http://kangmartho.com  18

BAB III
STRATEGI IMPLEMENTASI


A.  Implementasi Kurikulum
Implementasi  kurikulum  adalah  usaha  bersama  antara  Pemerintah  dengan
pemerintah daerah propinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota.
1.  Pemerintah  bertanggungjawab  dalam mempersiapkan  guru  dan  kepala  sekolah
untuk melaksanakan kurikulum.
2.  Pemerintah  bertanggungjawab  dalam  melakukan  evaluasi  pelaksanaan
kurikulum secara nasional.
3.  Pemerintah propinsi bertanggungjawab dalam melakukan supervisi dan evaluasi
terhadap pelaksanaan kurikulum di propinsi terkait.
4.  Pemerintah  kabupaten/kota  bertanggungjawab  dalam  memberikan  bantuan
profesional kepada guru dan kepala  sekolah dalam melaksanakan kurikulum di
kabupaten/kota terkait.

     Stategi Implementasi Kurikulum terdiri atas:
1.  Pelaksanaan kurikulum di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan yaitu:
-  Juli 2013: Kelas I, IV, VII, dan X
-  Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI
-  Juli 2015: kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, dan XII
2.  Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dari tahun 2013 – 2015
3.  Pengembangan buku siswa dan buku pegangan guru dari tahun 2012 – 2014
4.  Pengembangan  manajemen,  kepemimpinan,  sistem  administrasi,  dan
pengembangan  budaya  sekolah  (budaya  kerja  guru)  terutama  untuk  SMA  dan
SMK, dimulai dari bulan Januari – Desember 2013 
5.  Pendampingan  dalam  bentuk  Monitoring  dan  Evaluasi  untuk  menemukan
kesulitan  dan  masalah  implementasi  dan  upaya  penanggulangan:  Juli  2013  –
2016

   http://kangmartho.com  19

B.  Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan/PTK
Pelatihan  PTK  adalah  bagian  dari  pengembangan  kurikulum.  Pelatihan  PTK
disesuaikan  dengan  strategi  implementasi  yaitu:  Tahun  pertama  2013  sampai
tahun 2015 ketika kurikulum sudah dinyatakan sepenuhnya diimplementasikan.
Strategi  pelatihan  dimulai  dengan melatih  calon  pelatih  (Master Trainer)  yang
terdiri atas unsur-unsur, yaitu Dinas Pendidikan, Dosen, Widyaiswara, guru inti
nasional, pengawas dan kepala sekolah berprestasi.
Langkah  berikutnya  adalah melatih master  teacher  yang  terdiri  dari  guru  inti,
pengawas dan kepala sekolah.
Pelatihan  yang  bersifat masal  dilakukan  dengan melibatkan  semua  guru  kelas
dan guru mata pelajaran di tingkat SD, SMP dan SMA/SMK.

C.  Pengembangan Buku Siswa dan Pedoman Guru
Implementasi kurikulum dilengkapi dengan buku siswa dan pedoman guru yang
disediakan oleh Pemerintah. Strategi  ini memberikan  jaminan  terhadap kualitas
isi/bahan  ajar  dan  penyajian  buku  serta  bahan  bagi  pelatihan  guru  dalam
keterampilan  melakukan  pembelajaran  dan  penilaian  pada  proses  serta  hasil
belajar peserta didik.
Pada bulan Juli 2013 yaitu pada awal implementasi Kurikulum 2013 buku sudah
dimiliki oleh setiap peserta didik dan guru.
Ketersediaan  buku  adalah  untuk meringankan  beban  orangtua  karena  orangtua
tidak perlu membeli buku baru.

D.  Evaluasi Kurikulum
Pelaksanaan evaluasi implementasi kurikulum dilaksanakan sebagai berikut:
Jenis Evaluasi: 
Formatif sampai tahun Belajar 2015-2016
Sumatif: Tahun Belajar  2016  secara menyeluruh  untuk menentukan  kelayakan
ide, dokumen, dan implementasi kurikulum. 

Evaluasi  pelaksanaan  kurikulum  diselenggarakan  dengan  tujuan  untuk
mengidentifikasi masalah pelaksanaan kurikulum dan membantu kepala sekolah
dan guru menyelesaikan masalah tersebut. Evaluasi dilakukan pada setiap satuan   http://kangmartho.com  20

pendidikan dan dilaksanakan pada satuan pendidikan di wilayah kota/kabupaten
secara rutin dan bergiliran.
1. Evaluasi dilakukan di akhir tahun ke II dan ke V SD, tahun ke VIII SMP dan
tahun  ke XI  SMA/SMK. Hasil  dari  evaluasi  digunakan  untuk memperbaiki
kelemahan hasil belajar peserta didik di kelas/tahun berikutnya.
2. Evaluasi akhir  tahun ke VI SD,  tahun ke  IX SMP,  tahun ke XII SMA/SMK
dilakukan  untuk  menguji  efektivitas  kurikulum  dalam  mencapai  Standar
Kemampuan Lulusan (SKL). 














   http://kangmartho.com  21

Lampiran
1.  Kompetensi Dasar kelas 1-6 SD   
2.  Kompetensi Dasar  Kelas 1-3 SMP   
3.  Kompetensi Dasar  Kelas 1-3 SMA   
4.  Hasil Uji Publik  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar