1.1
Pentingnya/Pengertian Disiplin
Menurut
Hasibuan (2005: 193-194) Kedisiplinan merupakan fungsi operatif MSDM yang
terpenting karena semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja
yang dapat dicapainya. Tanda disiplin karyawan baik, sulit bagi organisasi
perusahaan mencapai hasil yang optimal. Disiplin yang baik mencerminkan
besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugastugas yang diberikan
kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya
tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Oleh karena itu, setiap manajer
selalu berusaha agar para bawahannya mempunyai disiplin yang baik. Seorang
manajer dikatakan efekif dalam kepemimpinannya, jika para bawahannya
berdisiplin baik. Untuk memelihara dan meningkatkan kedisiplinan yang baik
adalah hal yang sulit, karena banyak faktor yang mempengaruhinya.
Theo Haimann
(1982,p.326) mengatakan bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang tertib, dengan
anggota organisasi yang berperilaku sepantasnya dan memandang
peraturan-peraturan organisasi sebagai perilaku yang dapat diterima.
William B.
Wherter dan Keith Davis (1996, 0. 515) mengatakan disiplin adalah tindakan atau
perilaku manajemen yang menuntut pemenuhan kebutuhan akan setandar organisasi.
Menurut
Buhler (2007: 216-218) Disiplin benar-benar memainkan peran penting dalam
membentuk tingkah laku. Seperti halnya penghargaan yang efektif dalam
memotivasi orang, disiplin jika digunakan secara tepat maka dapat sama-sama
efektif. Seiring dengan meningkatnya perselisihan di tempat kerja saat ini,
anda harus memastikan bahwa anda cermat dalam melaksanakan disiplin. Yang
terbaik adalah mendokumentasikan segala sesuatu dengan teliti.
Disiplin
harus dilaksanakan secara adil dan konsisten. Setiap karyawan yang terlibat
dalam tingkah laku yang tidak tepat harus diperlakukan sama. Yang tepenting,
setiap insiden dari tingkah laku yang disepakati harus dibicarakan. Kunci bagi
disiplin yang efektif adalah mengomunikasikan kebijakan sejak awal. Para
karyawan harus betul-betul memahami kebijakan tersebut. Hal ini harus
disertakan dalam ‘Buku Pedoman Karyawan’ yang diagi kepada semua karyawan.
Proses disiplin sangat penting untuk ditulis dan diterima oleh setiap karyawan.
Para karyawan sering diminta untuk menandatangani pernyataan bahwa mereka telah
menerima buku pedoman karyawannya. Ini merupakan langkah perlindungan bagi
perusahaan dapat membuktikan bahwa mereka memang telah mendistribusikan
kebijakan kepada para karyawan.
Disiplin
progresif memberikan disiplin yang secara progresif lebih keras untuk
contoh-contoh tingkah laku tidak tepat yang diulangi. Program ini mulai dengan
peringatan lisan pada saat pelanggaran pertama kali dilakukan. Peringatan ini
hendaknya diberikan dengan halus sebagai kesempatan bagi karyawan untuk
mengoreksi tingkah lakunya sebelum ada konsekuensi serius yang timbul.
Menurut
Strauss & Sayles (1977: 116-118) macam-macam disiplin yaitu peringatan
lisan, peringatan tertulis, skorsing disipliner, pembebasan kerja, dan
penurunan pangkat.
1.2
Indikator Kedisiplinan
Menurut
Hasibuan (2005: 194-198) Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi
kedisiplinan karyawan suatu organisasi, diantaranya:
- 1.
Tujuan Dan Kemampuan
Tujuan dan
kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Tujuan yang akan
dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi
kemampuan karyawan.
- 2.
Teladan Pimpinan
Teladan
pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan karena pimpinan
dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya.
- 3.
Balas Jasa
Balas jasa
(gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan karena balas
jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap
perusahaan/pekerjaannya.
- 4.
Keadilan
Keadilan
ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan sifat manusia
yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia
lainnya.
- 5.
Waskat
Waskat ialah
tindakan nyata dan efektif untuk mencegah/mengetahui kesalahan, membetulkan
kesalahan, memelihara kedisiplinan, meningkatkan prestasi kerja, mengaktifkan
peranan atasan dan bawahan, menggali sistem-sistem kerja yang paling efektif,
serta menciptakan sistem internal control yang terbaik dalam mendukung
terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.
- 6.
Sanksi Hukuman
Dengan
sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut melanggar
peraturan-eraturan perusahaan, sikap dan perilaku indisipliner karyawan akan
berkurang. Berat ringannya sanksi hukuman yang akan diterapkan ikut
mempengaruhi baik/buruknya kedisiplinan karyawan. Sanksi hukuman harus
dipertimbangkan secara logis, masuk akal dan diinformasikan secara jelas kepada
semua karyawan.sanksi hukuman seharusnya tidak terlalu ringan, namun juga tidak
terlalu berat agar dapat tetap mendidik karyawan untuk mengubah perilakunya.
Menurut
Indrakusuma (1981: 48-49), menyinggung tentang hukuman disiplin, maka dalam
Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 1980 disebutkan tiga tingkatan hukuman
disiplin, yaitu:
- Hukuman Disiplin Ringan,
terdiri atas:
- Teguran lisan
- Teguran tulisan
- Pernyataan tidak puas secara
tertulis
- Hukuman Disiplin Sedang,
terdiri atas:
- Penundaan kenaikan gaji
berkala untuk paling lama 1 tahun
- Penurunan gaji sebesar satu
kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 tahun
- Penundaan kenaikan pangkat
untuk paling lama 1 tahun
- Hukuman Disiplin Berat, terdiri
atas:
- Penurunan pangkat setingkat
lebih rendah untuk paling lama 1 tahun
- Pembebasan dari jabatan
- Pemberhentian dengan hormat
sebagai pegawai negeri sipil tidak atas permohonan sendiri
- Pemberhentian tidak dengan
hormat sebagai pegawai negeri sipil.
- 7.
Ketegasan
Pimpinan
harus berani dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap karyawan yang
indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan. Pemimpin yang
demikian akan mudah untuk disegani dan diakui kepemimpinannya oleh bawahan.
- 8.
Hubungan Kemanusiaan
Hubungan
kemanusiaan yang harmonis di antara karyawan ikut menciptakan kedisiplinan yang
baik pada suatu perusahaan. Manajer harus berusaha menciptakan suasana hubungan
kemanusiaan yang serasi serta mengikat, vertikal maupun horizontal di antara
semua karyawannya. Terciptanya human relationship yang serasi akan mewujudkan
lingkungan dan suasana kerja yang nyaman.
1.3
Persaingan dan Konflik
Menurut
Hasibuan (2005: 198-201) Persaingan adalah kegiatan yang berdasarkan atas sikap
rasional dan emosional dalam mencapai prestasi kerja yang terbaik. Persaingan
dimotivasi oleh ambisi untuk memperoleh pengakuan, penghargaan, dan status
sosial yang terbaik.
Konflik adalah pesaingan yang kurang sehat berdasarkan ambisi dan sikap
emosional dalam memperoleh kemenangan. Konflik akan menimbulkan ketegangan,
konfrontasi, perkelahian dan frustasi jika tidak dapat diselesaikan. Hal-hal
yang menyebabkan persaingan dan konflik, antara lain adanya tujuan yang ingin
dicapai, ego manusia, kebutuhan, perbedaan peendapat, salah paham, perasaan
dirugikan dan perasaan sensitif.
- 1.
Tujuan
Tujuan sama
yang ingn dicapai akan merangsang timbulnya persaingan dan konflik di antara
individu atau kelompok karyawan. Setiap karyawan atau kelompok selalu
berjuangnuntuk mencapai pengakuan yang lebih baik dari orang lain
- 2.
Ego Manusia
Ego manusia
yang selalu menginginkan lebih berhasil dari manusia lainnya akan menimbulkan
persaingan atau konflik.
- 3.
Kebutuhan
Kebutuhan
material dan non material yang terbatas akan menyebabkan timbulnya persaingan
atau konflik. Pada dasarnya setiap orang menginginkan pemenuhan kebutuhan
material dan non material. Yang lebih baik dari orang lain sehingga timbullah
persaingan dan konflik.
- 4.
Perbedaan Pendapat
Perbedaan
pendapat akan menimbulkan persaingan atau konflik. Karena setiap orang atau
kelompok terlalu mempertahankan bahwa pendapatnya itulah yang paling tepat.
Jika perbedaan pendapat tidak terselesaikan, akan timbul persaingan atau
konflik yang kadang-kadang menyebabkan perpecahan.
- 5.
Salah Paham
Salah paham
sering terjadi di antara orang-orang yang bekerja sama. Karena salah pham(salah
persepsi) ini timbullah persaingan dan konflik di antara individu karyawan atau
kelompok.
- 6.
Perasaan Dirugikan
Perasaan
dirugikan karena perbuatan orang lain akan menimbulkan persaingan atau konflik.
Setiap orang tidak dapat menerima kerugian dari perbuatan orang lain. Oleh
kaena itu, perbuatan yang merugikan orang ain hendaknya dicegah supaya tidak
timbul konflik di atara sesamanya. Jika terjadi konflik pasti akan merugikan
kedua belah pihak, bahkan akan merusak kerja sama.
- 7.
Perasaan Sensitif
Perasaan
sensitif atau mudah tersinggung akan menimbulkan konflik. Perilaku atau sikap
seseorang dapat menyinggung perasaan orang lain yang dapat menimbulkan konflik
atau perselisihan, bahkan dapat menimbulkan perkelahian di antara karyawan.
Konflik terjadi karena harga dirinya tersinggung walaupun menurut orang lain
tidak ada maksud jelek. Akan tetapi karena perasaan sensitif seseorang hal itu
dianggap menghina.
Kebaikan
Persaingan
- Evaluasi diri demi kemajuan.
- Prestasi kerja akan meningkat.
- Mengembangkan diri demi
kemajuan karena dorongan persaingan.
- Memotivasi dinamika organisasi
dan kreativitas karyawan.
Keburukan
Konflik
- Kerja sama kurang serasi dan
harmonis di antara para karyawan.
- Memotivasi sikap-sikap
emosional karyawan.
- Menimbulkan sikap apriori
karyawan.
- Meningkatkan absen dan turnover
karyawan.
- Kerusakan produksi dan
kecelakaan semakin meningkat.
Menurut
Nawawi (2006: 334-337) untuk memperjelas mengenai masalah konflik, secara
teoritis telah dibedakan konflik sebagai berikut:
- Konflik Tradisional
Konflik ini
terjadi karena perbedaan interest sesuai kepentingan masing-masing antara dua
pihak yang terikat hubungan kerja.
- Konflik Perilaku
Konflik ini
terjadi karena pertentangan perilaku berdasarkan perbedaan latar belakang antar
para karyawan/anggota organisasi.
- Konflik Interaksi
Konflik
dapat terjadi karena interaksi sosial yang disharmonis yang selalu dapat
terjadi dalam manusia mewujudkan hakikat sosialitasnya.
- Konflik dengan Serikat Pekerja
Konflik
dapat terjadi terjadi antara organisasi dengan anggota organisasi/karyawan yang
bergabung dalam organisasi serikat pekerja.
1.4
Kepuasan Kerja, Stres dan Frustasi
Kepuasan
Kerja
Menurut
Hasibuan (2005: 202-206) Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang
menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral
kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati dalam
pekerjaan, luar pekerjaa, dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan.
Kepuasan
kerja karyawan dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :
- Balas jasa yang adil dan layak.
- Penempatan yang sesuai dengan
keahliannya.
- Berat-ringannya pekerjaan.
- Suasana dan lingkungan
pekerjaan.
- Peralatan yang menunjang
pelaksanaan pekerjaan.
- Sikap pemimpin dalam
kepemimpinannya.
- Sikap pekerjaan monoton atau
tidak.
Menurut
Nawawi (2006: 330) Pada dasarnya kepuasan kerja berarti tanggapan emosional
seseorang terhadap aspek-aspek didalam atau pada keseluruhan
pekerjaan/jabatannya.
Stres
karyawan
Stres
karyawan timbul akibat kepuasan kerja tidak terwujud dari pekerjaannya. Stres
karyawan perlu sedini mungkin diatasi oleh pemimpin agar hal-hal yang dapat
merugikan perusahaan dapat segera diatasi. Stres adalah kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berfikir, dan kondisi seseorang. Orang-orang yang
mengalami stres menjadi nervous dan merasa kekuatiran kronis. Mereka sering
menjadi marah-marah, agresif, tidak dapat rileks, atau memperlihatkan sikap
yang tidak kooperatif.
Faktor-faktor
penyebab stres karyawan, antara lain sebagai berikut:
- Beban kerja yang sulit dan berlebihan.
- Tekanan dan sikap pemimpin yang
kurang adil dan wajar.
- Waktu dan peralatan kerja yang
kurang memadahi.
- Konflik antara pribadi dengan
pemimpin atau kelompok kerja.
- Balas jasa yang terlalu rendah.
- Masalah-masalah keluarga
seperti anak , istri, mertua dan lain-lain.
Frustrasi
Stres
karyawan yang belum terselesaikan dengan baik akan mengakibatkan timbulnya
frustrasi. Frustrasi akan menimbulkan perilaku yang aneh-aneh dari orang
tersebut, misalnya marah-marah, membanting telepon, bahkan memukul-mukul kepalanya.
Frustrasi adalah keadaan emosional, ketegangan pikiran dan perilaku yang tidak
terkendalikan dari seseorang, bertindak aneh-aneh yang dapat membahayakan
dirinya atau orang lain.
Pengertian Disiplin Kerja
Disiplin kerja dapat didefinisikan sebagai suatu
sikap menghormati,menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang
berlaku,baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya
dan tidak mengelak menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan
wewenang yang diberikan kepadanya (Sastrohadiwiryo, 2001 : 291).Berdasarkan
pendapat diatas maka dapat dikatakan bahwa disiplinkerja adalah sikap para
pegawai untuk berperilaku sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dimana
dia bekerja. Sedangkan tindakan disiplin itu sendiri adalah pengurangan yang
dipaksakan oleh pimpinan terhadap imbalan yang diberikan oleh organisasi karena
adanya suatu kasus tertentu (Gomes, 2000 :232). Tindakan disiplin ini tidak
termasuk pemberhentian sementara atau penurunan jumlah tenaga kerja yang
disebabkan oleh kejadian-kejadian perilaku khusus dari pegawai yang menyebabkan
rendahnya produktivitas atau pelanggaran-pelanggaran aturan-aturan
instansi.Disiplin yang baik pada hakekatnya akan tumbuh dan terpancar dari
hasil kesadaran manusia. Disiplin yang tidak bersumber dari hati nurani manusia
akan menghasilkan disiplin yang lemah dan tidak bertahan lama.Disiplin akan
tumbuh dan dapat dibina melalui latihan pendidikan atau penanaman kebiasaan
dengan keteladanan-keteladanan tertentu, yang harus dimulai sejak ada dalam
lingkungan keluarga, mulai pada masa kanak-kanak dan terus tumbuh berkembang
dan menjadikannya bentuk disiplin yang semakin kuat.Umumnya disiplin kerja
dapat terlihat apabila pegawai datang kekantor teratur dan tepat waktu, jika
mereka berpakaian rapi ditempat kerja, jika mereka menggunakan perlengkapan
kantor dengan hati-hati, jika mereka menghasilkan jumlah dan kualitas pekerjaan
yang memuaskan dengan mengikuti cara kerja yang telah ditentukan oleh kantor
atau instansi dan jika mereka menyelesaikan pekerjaan dan semangat kerja.
Menurut Alfred R. Lateiner dalam Imam Soejono (1983 : 72), umumnya disiplin
kerja pegawai dapat diukur dari :
a) Para pegawai datang ke kantor dengan tertib, tepat waktu dan
teratur.Dengan datang ke kantor secara tertib, tepat waktu dan teratur
makadisiplin kerja dapat dikatakan baik.
b) Berpakaian rapi di tempat kerja. Berpakaian rapi merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhidisiplin kerja pegawai, karena dengan berpakaian rapi suasana
kerjaakan terasa nyaman dan rasa percaya diri dalam bekerja akan tinggi.
c) Menggunakan perlengkapan kantor dengan hati-hati.Sikap hati-hati dapat
menunjukkan bahwa seseorang memiliki disiplinkerja yang baik karena apabila
dalam menggunakan perlengkapan kantor tidak secara hati-hati, maka akan terjadi
kerusakan yang mengakibatkan kerugian.
d) Mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh organisasi.Dengan mengikuti cara
kerja yang ditentukan oleh organisasi makadapat menunjukkan bahwa pegawai
memiliki disiplin kerja yang baik, juga menunjukkan kepatuhan pegawai terhadap
organisasi.
e) Memiliki tanggung jawab. Tanggung jawab sangat berpengaruhterhadap disiplin
kerja, dengan adanya tanggung jawab terhadaptugasnya maka menunjukkan disiplin
kerja pegawai tinggi.
Disiplin mencakup berbagai bidang dan cara pandangnya, sepertimenurut Guntur
(1996 : 34 ± 35) ada beberapa sikap disiplin yang perludikelola dalam
pekerjaan, yaitu :
1. Disiplin terhadap waktu
2. Disiplin terhadap target
3. Disiplin terhadap kualitas
4. Disiplin terhadap prioritas kerja
5. Disiplin terhadap prosedur
Dari pendapat di atas penulis mengelompokan menjadi tigaindikator disiplin
kerja, yaitu :
1. Disiplin waktu
Disiplin waktu disini diartikan sebagai sikap atau tingkah laku yang
menunjukkan ketaatan terhadap jam kerja yang meliputi kehadiran dan kepatuhan
pegawai pada jam kerja serta pegawai dapat melaksanakan tugas dengan tepat
waktu dan benar.
2. Disiplin peraturan
Peraturan maupun tata tertib yang tertulis dan tidak tertulis dibuat agar
tujuan suatu organisasi dapat dicapai dengan baik.Untuk itu dibutuhkan sikap
setia dari pegawai terhadap komitmen yang telah ditetapkan tersebut. Kesetiaan
disini berarti taat danpatuh dalam melaksanakan perintah dari atasan dan
peraturan, tata tertib yang telah ditetapkan. Serta ketaatan pegawai dalam
menggunakan kelengkapan pakaian seragam yang telah ditentukanorganisasi atau
lembaga.
3. Disiplin tanggung jawab
Salah satu wujud tanggung jawab pegawai adalah penggunaan dan pemeliharaan
peralatan yang sebaik-baiknya sehingga dapatmenunjang kegiatan kantor berjalan
dengan lancar. Serta adanya kesanggupan dalam menghadapi pekerjaan yang
menjaditanggung jawabnya sebagai seorang pegawai