Minggu, 01 Juni 2014

Makalah Psikologi Guru

BAB  I
                      PENDAHULUAN
                    1.1  Latar Belakang
Psikologis guru.img
Psikologi merupakan suatu istilah “ ilmu pengetahuan ” yang meliputi ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah yang memenuhi syarat-syaratnya yang di mufakati sarjana-sarjana psikologi pada zaman sekarang ini.  
Dengan demikian, apa saja yang disebut “ ilmu jiwa ” itu belum tentu “ psikologi ”, tetapi psikologi itu senantiasa ilmu jiwa. Sehingga yang dipelajari psikologi bukan jiwa manusia secara langsung, tetapi manifestasi dari keberadaan jiwa berupa perilaku dan hal-hal lain yang berhubungan dengan perilaku.
Pentingnya psikologi adalah untuk memahami sesama manusia, dengan tujuan untuk dapat memberlakukan dengan lebih baik, oleh karena itu pengetahuan psikologi mengenai anak didik dalam proses pendidikan adalah hal yang perlu dan penting bagi setiap pendidik, sehingga seharusnya adalah kebutuhan setiap pendidik untuk memiliki pengetahuan tentang psikologi pendidik.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian psikologi ?
2.      Bagaimana arti psikologi sebagai ilmu ?
3.      Bagaimana aplikasi dan penerapan psikologi dalam pendidikan ?
4.      Apa saja yang menjadi konsep psikologi guru ?

1.3  Tujuan
1.      Mengetahui pengertian psikologi
2.      Mengetahui arti psikologi sebagai ilmu
3.      Mengetahui aplikasi dan penerapan psikologi dalam pendidikan
4.      Mengetahui konsep psikologi guru




BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Psikologi
Secara etimologis, istilah psikologis berasal dari bahasa Yunani Psychology yang merupakan gabungan., yaitu dari kata psyche berarti ”jiwa”, dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa, atau ilmu yang mempelajari tentang gejala- gejala kejiwaan. Istilah psyche atau jiwa masih sulit didefinisikan karena jiwa itu merupakan objek yang bersifat abstrak, sulit dilihat wujudnya, meskipun tidak dapat dimungkiri keberadaannya. Dalam beberapa dasawarsa ini istilah jiwa sudah jarang dipakai dan diganti dengan istilah psikis.
Psikologi atau ilmu jiwa yang mempelajari jiwa manusia, jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar, karena itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia yang berada dan melekat dalam manusia itu sendiri (Pidarta, 2007).
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang proses mental dan perilaku seseorang yang merupakan manifestasi atau penjelmaan dari jiwa itu.
Namun apabila mengacu pada salah satu syarat ilmu yaitu adanya objek yang dipelajari maka tidaklah tepat mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa karena jiwa bersifat abstrak dan tidak bisa diamati secara langsung. Berkenaan dengan obyek psikologi ini, maka yang paling mungkin untuk diamati dan dikaji adalah manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental itu sendiri yaitu dalam wujud perilaku dan proses atau kegiatan individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Jadi, bisa diambil kesimpulan tentang definisi psikologi adalah ilmu pengetahuan yang yang mempelajari dan menganalisis prilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar (Whiterington, 1982:10). Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar.
Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar. Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan fungsinya, dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif.

a.      Sejarah Singkat Psikologi
Sejak zaman yunani kuno jiwa manusia sudah menjadi topik diskusi di kalangan ilmuan, para filosof dan para ahli fasal( phisiolologi). Pada masa ini psikologi masih menjadi bagian dari filsafat dan belum menjadi disiplin ilmu sendiri. Adapun para ahli filsafat kuno seperti Plato(427 – 347 SM),Aristoteles (384 – 322 SM), Socrates (469 – 399 SM), telah memikirkan hakikat jiwa dan gejala- gejalanya. Filsafat sebagai induk pengetahuan yang mencari hakikiat sesuatu dengan menciptakan pertanyaan dan jawaban secara aaterus-menerus sehingga mencapai pengertian yang hakiki tentang sesuatu. Pada zaman ini belum ada pembuktian secara empiris melainkan berbagai teori dikemukakan berdasarkan argumentasi logika belaka.
Pada abad pertengahan, psikologi masih merupakan bagian dari filsafat sehingga objeknya tetap hakikat jiwa. Tokoh-tokohnya antara lain, Rene Descartes ( 1596 – 1650) terkenal dengan teori tentang kesadaran, Gottfried Wolhelm Leibniz ( 1646 – 1716) dengan teorinya kesejahteraan psikofhisik (psychophysical parallelism) dan Jhon Locke dengan teori Tabula rasa yang mengemukakan bahwa jiwa anak yang baru lahir masih bersih seperti kertas putih yang belum di tulisi. Pada masa sebelumnya para ulama muslim pun sudah membahas masalah kejiwaan seperti Imam Al-Ghazali (wafat 505 H), Imam Fachruddin Ar- Razi (wafat 324 H) dan lain sebagainya. Pembahasan masalah psikologis merupakan bagian dari ilmu Ushuluddin dan ilmu Tasawwuf.
Psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri  baru di mulai pada tahun 1879 ketika Wilhelm Wundt (1832 – 1920)mendirikan laboratorium psikologi pertama di kota Leipzig, Jerman. Secara garis besarnya sejarah psikologi dapat di bagi dalam dua tahap utama yaitu, masa  sebelum dan sesudah menjadi ilmu yang berdiri sendiri.
Dulu ketika para ahli filsafat masih menggunakan logika, para ilmu faal juga mulai menyelidiki gejala kejiwaan melalui eksperimen-eksperime. Walaupun mereka menggunakan metode ilmiah ataun dengan kata lain di sebut juga Empirisnamun mereka selidiki terutama tentang urat syaraf pengindraan (sensoris), syaraf penggerak(motoris). Dengan demikian gejala kejiwaan yang mereka selidiki hanya merupakan bagian dari objek ilmu faal. Tokohnya antara lain adalah: C Bell(1774 – 1842), F Magandie( 1758 – 1855) I.P Pavlov(1849 – 1936).
Masa sesudah psikologi menjadi ilmu yang berdiri sendiri merupakan masa dimana gejala kejiwaan dipelajari secara tersendiri  dengan metode ilmiah yang terlepas dari filsafat dan ilmu faal. Gejala kejiwaan di pelajari secara sistematis dan lebih bersifat objektif. Selain metode eksperimen digunakan pula metode instropeksi oleh W. Wundt. Dengan gelar kesarjanaan W. Wundt adalah bidang kedokteran dan hukum. Ia dikenal juga sebagai sosiolog dan filosof yang mengaku dirinya sebagai psikolog. Ia di anggap sebagai bapak psikologi, dan sejak itu  psikologi berkembang pesat dengan bertambahnya sarjana psikologi dan kearagaman pemikiran- pemikiran baru. Psikologi mulai bercabang ke dalam aliran baru.
b.      Pengertian Psikologi Menurut Beberapa Ahli
Ada banyak ahli yang mengemukakan pendapat tentang pengertian psikologi, diantaranya:
1.      Pengertian Psikologi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990), Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat  secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.
2.      Pengertian Psikologi menurut Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
3.      Pengertian Psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut berupa tingkah laku yang tampak maupun tidak tampak, tingkah laku yang disadari maupun yang tidak disadari.
Dapat diketahui bahwa pengertian psikologi merupakan ilmu tentang tingkah laku. Pada hakekatnya tingkah laku manusia itu sangat luas, semua yang dialami dan dilakukan manusia merupakan tingkah laku. Semenjak bangun tidur sampai tidur kembali manusia dipenuhi oleh berbagai tingkah laku. Dengan demikian objek ilmu psikologi sangat luas. Karena luasnya objek yang dipelajari psikologi, maka dalam perkembangannya ilmu psikologi dikelompokkan dalam beberapa bidang, yaitu :
1.      Psikologi Perkembangan, yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku yang terdapat pada tiap-tiap tahap perkembangan manusia sepanjang rentang kehidupannya.
2.      Psikologi Pendidikan, yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam situasi pendidikan.
3.      Psikologi Sosial, ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan masyarakat sekitarnya.
4.      Psikologi Industri, ilmu yang mempelajari tingkah laku yang muncul dalam dunia industri dan organisasi.
5.      Psikologi Klinis, ilmu  yang mempelajari tingkah laku manusia yang sehat dan tidak sehat, normal dan tidak normal, dilihat dari aspek psikisnya.
6.      Psikologi Kepribadian, ilmu yang mempelajari perilaku individu khusus yang dilihat dari aspek-aspek kepribadiannya.
7.      Psikologi Abnormal, ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang tergolong abnormal.


2.2  Psikologi sebagai Ilmu
Psikologi sebagai ilmu merupakan pengetahuan yang di peroleh  dengan pendekatan ilmiah, dan merupakan pengetahuan yang di peroleh dengan penelitian-penelitian ilmiah. Oleh karenanya sebagai salah satu ciri psikologi sebagai suatu ilmu adalah berdasarkan data empiris di samping data tersebut di peroleh secara sistematis, ( Morgan, dkk,1984 ). Namun, lebih spesifik lagi psikologi lebih banyak di kaitkan dengan kehidupan organism manusia. Bruno (1987), membagi pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling berhubungan. Pertama psikologi adalah studi(penyelidikan) mengenai “ruh”. Kedua, adalah ilmu pengetahuan mengenai “kehidupan mental”. Ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “tingkah laku” organism.
Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu karena didalamnya telah memiliki kriteria persyaratan suatu ilmu, yakni :
§ Ontologis; obyek dari psikologi pendidikan adalah perilaku-perilaku individu yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan pendidikan, seperti peserta didik, pendidik, administrator, orang tua peserta didik dan masyarakat pendidikan.
§ Epistemologis; teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan dalil – dalil psikologi pendidikan dihasilkan berdasarkan upaya sistematis melalui berbagai studi longitudinalmaupun studi cross sectional, baik secara pendekatan kualitatif maupun pendekatan kuantitatif.

§ Aksiologis; manfaat dari psikologi pendidikan terutama sekali berkenaan dengan pencapaian efisiensi dan efektivitas proses pendidikan.

Dengan demikian, psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan.
Psikologi sebagai suatu ilmu, mempunyai tugas-tugas atau fungsi-fungsi tertentu seperti ilmu-ilmu pada umumnya. Adapun tugas-tugas psikologi ialah:
a.   Mengadakan deskripsi, yaitu tugas untuk menggambarkan secara jelas hal-hal yang di bicarakan.
b.   Menerangkan, yaitu tugas untuk menerangkan keadaan yang mendasari terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut.
c.   Menyusun Teori, yaitu tugas mencari dan merumuskan ketentuan-ketentuan mengenai hubungan antara peristiwa satu dengan peristiwa yang lain.
d.   Prediksi, yaitu untuk membuat ramalan mengenai hal-hal yang mungkin terjadi.
e.   Pengendalian, yaitu tugas untuk mengatur peristiwa-peristiwa atau gejala.
Secara garis besar, umumnya batasan pokok bahasan psikologi pendidikan dibatasi atas tiga macam :
1.  Mengenai belajar, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip dan ciri khas perilaku belajar peserta didik dan sebagainya.
2. Mengenai proses belajar, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar peserta didik dan sebagianya.
3. Mengenai situasi belajar, yakni suasana dan keadaan lingkungan baik bersifat fisik maupun non fisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar peserta didik.
Seperti yang dipaparkan di depan kerena psikologi merupakan suatu ilmu, maka dengan sendirinya psikologi juga mempunyai ciri-ciri seperti ilmu-ilmu yang lain seperti,
·         Objek tertentu
·         Metode pendekatan atau penelitian tertentu
·         Mempunyai riwayat atau sejarah tertentu
·         Sistematika yang teratur sebagai hasil pendekatan terhadap objek
Tujuan mempelajari psikologi:
·         Untuk membantu guru dan calon guru agar menjadi lebih bijaksana membimbing anak didiknya dalam hubungannya dengan proses pertumbuhan belajar.
·         Agar para guru dan calon guru memiliki dasar-dasar luas dalam mendidik pada umumnya, dan bidang keahliannya pada khususnya, sehingga anak didiknya lebih baik dalam belajar.
·         Agar para guru dan calon guru dapat menciptakan suatu sistem yang lebih efisien dengan jalan mempelajarinya dan menganalisis tingkah laku anak didik dalam proses-proses pendidikan yang berlangsung. 
Manfaat mempelajari psikologi pendidikan:
·         Bisa memahami anak didiknya dan untuk sampai pada tahap ini kita perlu mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak sejak lahir.
·         Bisa mengetahui peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi dalam setiap fase serta faktor yang menunjang dan menghambat potensi-potensi dasar yang memiliki anak serta intelegensi dan bakat sifat-sifat serta cirri-ciri kepribadian anak.
·         Bisa memahami hal-hal yang berhubungan dengan masalah belajar dan mengejar serta vareasi serta modelnya.

Ada 4 syarat psikologi sebagai ilmu, yaitu:
1.      Mempunyai objek
Objek psikologi ada 2 yaitu objek material dan objek formal. Objek material yaitu apa saja yang di bahas, di pelajari dan di selidiki yang ditentukan dan dijadikan sasaran pemikiran. Objek ini merupakan masalah pokok. Objek formal yaitu cara pandang, dan tinjauan peneliti terhadap objek material dan prinsip-prinsip yang digunakan. Objek ini yang membedakan ilmu satu dengan ilmu lain.
2.      Mempunyai ,metode
Cara kerja untuk memahami objek sasaran dan psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dan telah menggunakan metode ilmiah. Sifat-sifat metode ilmiah yaitu objektif ( apa adanya), adekuat ( sesuai masalah dan tujuan), Reliable (dapat dipercaya dan infonya tepat), Valid (sesuai objek), Sistematis (urut atau tersusun dengan baik), Akurat (member data yang teliti).
3.      Sistematis
Psikologi mempunyai susunan yang baik dan benar. Berikut ada beberapa cabang psikologi yaitu:
a. Psikologi teoritis yaitu psikologi berdasarkan teori.Teori ini digunakan untuk memprediksi lalu teori ini digunakan untuk menjelaskan. Maka teori ini merupakan alat terpenting dari satu ilmu pengetahuan. Ada 2 kelompok psikologi teoritis:Psikologi umum psikologi ini mempelajari menguraikan dan menyelidiki aktivitas psikis manusia yang sifatnya umum.psikologi khusus psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia pada situasi khusus.
b.  Psikologi praktis .Di sebut juga psikologi terapan yaitu psikologi yang mempelajari tingkah laku individu dalam kehidupannya. Tujuannya untuk menemukan prinsip-prinsip psikologi untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan manusia. Adapun cabang-cabang psikologi praktis diantaranya : Psikologi perusahaan ( menyelesaikan masalah – masalah dalam perusahaan ) , Psikologi klinis dan bimbingan psikologi ( usaha para psikolog untuk menolong orang yang menderita).
4.   Universal
Psikologi itu harus berlaku untuk umum. Tidak hanya berlaku hanya pada satu cabang ilmu saja melainkan keseluruhan ilmu.


2.3  Aplikasi Psikologi

a.      Aplikasi Landasan Psikologi dalam Pendidikan

Pengertian Landasan Psikologis merupakan pemahaman terhadap peserta didik yang berkaitan dengan aspek kejiwaan. Karena merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan bagi seorang pendidik. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.

Landasan psikologi memberikan sumbangan dalam dunia pendidikan. Kita ketahui bahwa Subjek dan objek pendidikan adalah manusia (peserta didik). Setiap peserta didik memiliki keunikan masing – masing dan berbeda satu sama lain. Oleh sebab itulah, kita sebagai guru memerlukan psikologi. Dengan adanya psikologi memberikan wawasan bagaimana memahami perilaku individu dalam proses pendidikan dan bagaimana membantu individu agar dapat berkembang secara optimal serta mengatasi permasalahan yang timbul dalam diri individu (siswa) terutama masalah belajar yang dalam hal ini adalah masalah dari segi pemahaman dan keterbatasan pembelajaran yang dialami oleh siswa. Psikologi dibutuhkan di berbagai ilmu pengetahuan untuk mengerti dan memahami kejiwaan seseorang.

Psikologi memiliki peran dalam dunia pendidikan baik itu dalam belajar dan pembelajaran. Pengetahuan tentang psikologi sangat diperlukan oleh pihak guru atau instruktur sebagai pendidik, pengajar, pelatih, pembimbing, dan pengasuh dalam memahami karakteristik kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta secara integral. Pemahaman psikologis peserta didik oleh pihak guru atau instruktur di institusi pendidikan memiliki kontribusi yang sangat berarti dalam membelajarkan peserta didik sesuai dengan sikap, minat, motivasi, aspirasi, dan kebutuhan peserta didik, sehingga proses pembelajaran di kelas dapat berlangsung secara optimal dan maksimal.

Pengetahuan tentang psikologi diperlukan oleh dunia pendidikan karena dunia pendidikan menghadapi peserta didik yang unik dilihat dari segi karakteristik perilaku, kepribadian, sikap, minat, motivasi, perhatian, persepsi, daya pikir, inteligensi, fantasi, dan berbagai aspek psikologis lainnya yang berbeda antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainnya. Perbedaan karakteristik psikologis yang dimiliki oleh para peserta didik harus diketahui dan dipahami oleh setiap guru atau instruktur yang berperan sebagai pendidik dan pengajar di kelas, jika ingin proses pembelajarannya berhasil.
Beberapa peran penting psikologi dalam proses pembelajaran adalah :
1. Memahami siswa sebagai pelajar, meliputi perkembangannya, tabiat, kemampuan, kecerdasan, motivasi, minat, fisik, pengalaman, kepribadian, dan lain-lain
2. Memahami prinsip – prinsip dan teori pembelajaran
3. Memilih metode – metode pembelajaran dan pengajaran
4. Menetapkan tujuan pembelajaran dan pengajaran
5. Menciptakan situasi pembelajaran dan pengajaran yang kondusif
6. Memilih dan menetapkan isi pengajaran
7. Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
8. Memilih alat bantu pembelajaran dan pengajaran
9. Menilai hasil pembelajaran dan pengajaran
10. Memahami dan mengembangkan kepribadian dan profesi guru
11. Membimbing perkembangan siswa
Menurut Abimanyu (1996) mengemukakan bahwa peranan psikologi dalam pendidikan dan pengajaran ialah bertujuan untuk memberikan orientasi mengenai laporan studi, menelusuri masalah-masalah di lapangan dengan pendekatan psikologi serta meneliti faktor-faktor manusia dalam proses pendidikan dan di dalam situasi proses belajar mengajar. Psikologi dalam pendidikan dan pengajaran banyak mempengaruhi perumusan tujuan pendidikan, perumusan kurikulum maupun prosedur dan metode-metode belajar mengajar. Psikologi ini memberikan jalan untuk mendapatkan pemecahan atas masalah-masalah sebagai berikut:
1. Teori dan proses belajar
2. Hubungan antara teknik mengajar dan hasil belajar.
5. Perbandingan hasil pendidikan formal dengan pendidikan informal atas diriindividu.
6. Pengaruh kondisi sosial anak didik atas pendidikan yang diterimanya.
7. Nilai sikap ilmiah atas pendidikan yang dimiliki oleh para petugas pendidikan.
8. Pengaruh interaksi antara guru dan murid dan antara murid dengan murid.
9. Hambatan, kesulitan, ketegangan, dan sebagainya yang dialami oleh anak didik selama proses pendidikan
10.Pengaruh perbedaan individu yang satu dengan individu yang lain dalam batas kemampuan belajar
b.   Aplikasi Teori Psikologi dalam Teknologi Pendidikan
Psikologi memiliki berbagai cabang, Namun dalam teknologi pendidikan lebih memprioritaskan psikologi pendidikan dan psikologi belajar, karena teknologi pendidikan lebih membahas tentang tingkah laku atau subjek dari teknologi pendidikan adalah peserta didik.
1.  Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikan yaitu ilmu yang membahas segi-segi psikologi dalam lapangan pendidikan dimana psikologi pendidikan adalah studi ilmiah mengenai tingkah laku individu dalam situasi pendidikan. Tujuan psikologi pendidikan ialah mempelajari tingkah laku manusia dan perubahan tingkah laku itu sebagai akibat proses dari tangan pendidikan dan berusaha bagaimana suatu tingkah laku itu seharusnya diubah, dibimbing melalui pendidikan (Mustaqim, 2010)
Dengan demikian, psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan.
Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik” Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat. Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.
2. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai. Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.
3. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
4. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik. Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.
5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif. Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
6. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya. Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.
7. Menilai hasil pembelajaran yang adil. Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.


2.4  Konsep Psikologi Guru

Dalam proses belajar-mengajar dapat dikatakan bahwa ini inti permasalahan psikiologis terletak pada anak didik. Bukan berarti mengabaikan persoalan psikologi seorang pendidik, namun dalam seseorang telah menjadi seorang pendidik maka ia telah melalui proses pendidikan dan kematangan psikologis sebagai suatu kebutuhan dalam mengajar. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik.

Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa “diantara pengetahuan- pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik” Guru dalam menjalankan perannya sebagai pendidik bagi peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat. Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.
2. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai. Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.
3. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling. Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
4. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik. Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.
5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif. Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio- emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
6. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya. Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.
7. Menilai hasil pembelajaran yang adil. Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.
Guru dalam menjalankan perannya sebagai pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya–, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Di sinilah arti penting Psikologi Pendidikan, dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan-pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
(a) Merumuskan tujuan pembelajaran,
(b) Memilih strategi atau metode pembelajaran,
(c) Memilih alat bantu dan media pembelajaran yang tepat,
(d) Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling kepada peserta didiknya,
(e) Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik,
(f) Menciptakan iklim belajar yang kondusif,
(g) Berinteraksi secara bijak dengan peserta didiknya,
(h) Menilai hasil pembelajaran, dan
(i) Dapat mengadministrasikan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Selain itu,  dengan memahami Psikologi Pendidikan para guru juga dapat memahami dan mengembangkan diri-pribadinya untuk menjadi seorang guru yang efektif dan patut  diteladani. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik.















BAB  III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Sebagai objek sasaran dalam proses belajar mengajar adalah anak didik sebagai manusia individu yang memiliki perilaku, karakteristik dan kemampuan yang berbeda satu sama lain, maka dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik perlu memperhatikan faktor psikologi karena pendidikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang diperolah melalui belajar mengajar, tidak dapat dipisahkan dari psikologi. Guru sebagai pendidik/pengajar menjadi subjek yang mutlak harus memiliki pengetahuan psikologi sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik, setidaknya dalam meminimalisir kegagalan dalam menyampaikan materi pelajaran.

3.2  Saran

Dari kesimpulan di atas penyusun mempunyai saran mengenai pembahasan di atas yaitu:
·         Guru seharusnya lebih menguasai ilmu psikologi untuk mngetahui dan menganalisis keadaan siswa di sekolah.
·      Guru harus mengkonsepkan dirinya sendiri sebagai psikolog yang efektif dan diteladani.
·      Guru harus bisa mengaplikasikan dan menerapkan ilmu psikologinya,karena dengan begitu guru dianggap berkompeten dalam ilmu pedagogik.






DAFTAR PUSTAKA

http://sutondoscript.blogspot.com/2011/06/pengertian-dan-definisi-psikologi.html


http://www.slideshare.net/YudhaArataAyabito/makalah-psikologi


http://defathya.multiply.com/journal/item/746/Psikologi-Pendidikan-N-Guru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar