BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
![]() |
Psikologis guru.img |
Psikologi
merupakan suatu istilah “ ilmu pengetahuan ” yang meliputi ilmu
pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan
metode-metode ilmiah yang memenuhi syarat-syaratnya yang di mufakati
sarjana-sarjana psikologi pada zaman sekarang ini.
Dengan
demikian, apa saja yang disebut “ ilmu jiwa ” itu belum tentu “
psikologi ”, tetapi psikologi itu senantiasa ilmu jiwa. Sehingga yang
dipelajari psikologi bukan jiwa manusia secara langsung, tetapi manifestasi dari keberadaan jiwa berupa perilaku dan hal-hal lain yang berhubungan dengan perilaku.
Pentingnya
psikologi adalah untuk memahami sesama manusia, dengan tujuan untuk
dapat memberlakukan dengan lebih baik, oleh karena itu pengetahuan
psikologi mengenai anak didik dalam proses pendidikan adalah hal yang
perlu dan penting bagi setiap pendidik, sehingga seharusnya adalah
kebutuhan setiap pendidik untuk memiliki pengetahuan tentang psikologi
pendidik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian psikologi ?
2. Bagaimana arti psikologi sebagai ilmu ?
3. Bagaimana aplikasi dan penerapan psikologi dalam pendidikan ?
4. Apa saja yang menjadi konsep psikologi guru ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian psikologi
2. Mengetahui arti psikologi sebagai ilmu
3. Mengetahui aplikasi dan penerapan psikologi dalam pendidikan
4. Mengetahui konsep psikologi guru
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Psikologi
Secara etimologis, istilah psikologis berasal dari bahasa Yunani Psychology yang
merupakan gabungan., yaitu dari kata psyche berarti ”jiwa”, dan logos
yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa, atau
ilmu yang mempelajari tentang gejala- gejala kejiwaan. Istilah psyche atau
jiwa masih sulit didefinisikan karena jiwa itu merupakan objek yang
bersifat abstrak, sulit dilihat wujudnya, meskipun tidak dapat
dimungkiri keberadaannya. Dalam beberapa dasawarsa ini istilah jiwa
sudah jarang dipakai dan diganti dengan istilah psikis.
Psikologi
atau ilmu jiwa yang mempelajari jiwa manusia, jiwa itu sendiri adalah
roh dalam keadaan mengendalikan jasmani yang dapat dipengaruhi oleh alam
sekitar, karena itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali
kehidupan manusia yang berada dan melekat dalam manusia itu sendiri
(Pidarta, 2007).
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang proses mental dan perilaku seseorang yang merupakan manifestasi atau penjelmaan dari jiwa itu.
Namun
apabila mengacu pada salah satu syarat ilmu yaitu adanya objek yang
dipelajari maka tidaklah tepat mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa
karena jiwa bersifat abstrak dan tidak bisa diamati secara langsung.
Berkenaan dengan obyek psikologi ini, maka yang paling mungkin untuk
diamati dan dikaji adalah manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental itu
sendiri yaitu dalam wujud perilaku dan proses atau kegiatan individu
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Jadi, bisa diambil kesimpulan tentang definisi psikologi adalah ilmu pengetahuan yang yang mempelajari dan menganalisis prilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Psikologi
pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan
adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan
belajar (Whiterington, 1982:10). Dari batasan di atas terlihat adanya
kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan
belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi
pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan
adalah soal belajar.
Dengan
kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada
persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan tindakan belajar. Karena konsentrasinya pada
persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang senantiasa melekat
pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada
umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai
bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan fungsinya, dapat
menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar
terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif.
a. Sejarah Singkat Psikologi
Sejak
zaman yunani kuno jiwa manusia sudah menjadi topik diskusi di kalangan
ilmuan, para filosof dan para ahli fasal( phisiolologi). Pada masa ini
psikologi masih menjadi bagian dari filsafat dan belum menjadi disiplin
ilmu sendiri. Adapun para ahli filsafat kuno seperti Plato(427 – 347
SM),Aristoteles (384 – 322 SM), Socrates (469 – 399 SM), telah
memikirkan hakikat jiwa dan gejala- gejalanya. Filsafat sebagai induk
pengetahuan yang mencari hakikiat sesuatu dengan menciptakan pertanyaan
dan jawaban secara aaterus-menerus
sehingga mencapai pengertian yang hakiki tentang sesuatu. Pada zaman
ini belum ada pembuktian secara empiris melainkan berbagai teori
dikemukakan berdasarkan argumentasi logika belaka.
Pada
abad pertengahan, psikologi masih merupakan bagian dari filsafat
sehingga objeknya tetap hakikat jiwa. Tokoh-tokohnya antara lain, Rene
Descartes ( 1596 – 1650) terkenal dengan teori tentang kesadaran, Gottfried Wolhelm Leibniz ( 1646 – 1716) dengan teorinya kesejahteraan psikofhisik (psychophysical parallelism) dan Jhon Locke dengan teori Tabula rasa yang
mengemukakan bahwa jiwa anak yang baru lahir masih bersih seperti
kertas putih yang belum di tulisi. Pada masa sebelumnya para ulama
muslim pun sudah membahas masalah kejiwaan seperti Imam Al-Ghazali
(wafat 505 H), Imam Fachruddin Ar- Razi (wafat 324 H) dan lain
sebagainya. Pembahasan masalah psikologis merupakan bagian dari ilmu
Ushuluddin dan ilmu Tasawwuf.
Psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri baru
di mulai pada tahun 1879 ketika Wilhelm Wundt (1832 – 1920)mendirikan
laboratorium psikologi pertama di kota Leipzig, Jerman. Secara garis
besarnya sejarah psikologi dapat di bagi dalam dua tahap utama yaitu,
masa sebelum dan sesudah menjadi ilmu yang berdiri sendiri.
Dulu
ketika para ahli filsafat masih menggunakan logika, para ilmu faal juga
mulai menyelidiki gejala kejiwaan melalui eksperimen-eksperime.
Walaupun mereka menggunakan metode ilmiah ataun dengan kata lain di
sebut juga Empirisnamun mereka selidiki terutama tentang urat syaraf pengindraan (sensoris), syaraf penggerak(motoris).
Dengan demikian gejala kejiwaan yang mereka selidiki hanya merupakan
bagian dari objek ilmu faal. Tokohnya antara lain adalah: C Bell(1774 –
1842), F Magandie( 1758 – 1855) I.P Pavlov(1849 – 1936).
Masa sesudah psikologi menjadi ilmu yang berdiri sendiri merupakan masa dimana gejala kejiwaan dipelajari secara tersendiri dengan
metode ilmiah yang terlepas dari filsafat dan ilmu faal. Gejala
kejiwaan di pelajari secara sistematis dan lebih bersifat objektif.
Selain metode eksperimen digunakan pula metode instropeksi oleh W.
Wundt. Dengan gelar kesarjanaan W. Wundt adalah bidang kedokteran dan
hukum. Ia dikenal juga sebagai sosiolog dan filosof yang mengaku dirinya
sebagai psikolog. Ia di anggap sebagai bapak psikologi, dan sejak itu psikologi
berkembang pesat dengan bertambahnya sarjana psikologi dan kearagaman
pemikiran- pemikiran baru. Psikologi mulai bercabang ke dalam aliran
baru.
b. Pengertian Psikologi Menurut Beberapa Ahli
Ada banyak ahli yang mengemukakan pendapat tentang pengertian psikologi, diantaranya:
1. Pengertian Psikologi menurut
Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990), Psikologi adalah ilmu
yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat
secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.
2. Pengertian Psikologi menurut Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
3. Pengertian Psikologi menurut
Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku
individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah
laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi
perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya, sedangkan
tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan
lain sebagainya.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik sebagai
individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah laku
tersebut berupa tingkah laku yang tampak maupun tidak tampak, tingkah
laku yang disadari maupun yang tidak disadari.
Dapat diketahui bahwa pengertian psikologi merupakan
ilmu tentang tingkah laku. Pada hakekatnya tingkah laku manusia itu
sangat luas, semua yang dialami dan dilakukan manusia merupakan tingkah
laku. Semenjak bangun tidur sampai tidur kembali manusia dipenuhi oleh
berbagai tingkah laku. Dengan demikian objek ilmu psikologi sangat luas. Karena luasnya objek yang dipelajari psikologi, maka dalam perkembangannya ilmu psikologi dikelompokkan dalam beberapa bidang, yaitu :
1. Psikologi Perkembangan,
yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku yang terdapat pada tiap-tiap
tahap perkembangan manusia sepanjang rentang kehidupannya.
2. Psikologi Pendidikan, yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam situasi pendidikan.
3. Psikologi Sosial, ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan masyarakat sekitarnya.
4. Psikologi Industri, ilmu yang mempelajari tingkah laku yang muncul dalam dunia industri dan organisasi.
5. Psikologi Klinis, ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang sehat dan tidak sehat, normal dan tidak normal, dilihat dari aspek psikisnya.
6. Psikologi Kepribadian, ilmu yang mempelajari perilaku individu khusus yang dilihat dari aspek-aspek kepribadiannya.
7. Psikologi Abnormal, ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang tergolong abnormal.
2.2 Psikologi sebagai Ilmu
Psikologi sebagai ilmu merupakan pengetahuan yang di peroleh dengan pendekatan ilmiah, dan merupakan pengetahuan yang di peroleh dengan penelitian-penelitian ilmiah. Oleh karenanya
sebagai salah satu ciri psikologi sebagai suatu ilmu adalah berdasarkan
data empiris di samping data tersebut di peroleh secara sistematis, (
Morgan, dkk,1984 ). Namun, lebih spesifik lagi psikologi lebih banyak di
kaitkan dengan kehidupan organism manusia. Bruno (1987), membagi
pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling
berhubungan. Pertama psikologi adalah studi(penyelidikan) mengenai
“ruh”. Kedua, adalah ilmu pengetahuan mengenai “kehidupan mental”.
Ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “tingkah laku”
organism.
Psikologi
pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu karena didalamnya telah
memiliki kriteria persyaratan suatu ilmu, yakni :
§ Ontologis; obyek
dari psikologi pendidikan adalah perilaku-perilaku individu yang
terlibat langsung maupun tidak langsung dengan pendidikan, seperti
peserta didik, pendidik, administrator, orang tua peserta didik dan
masyarakat pendidikan.
§ Epistemologis; teori-teori,
konsep-konsep, prinsip-prinsip dan dalil – dalil psikologi pendidikan
dihasilkan berdasarkan upaya sistematis melalui berbagai studi longitudinalmaupun studi cross sectional, baik secara pendekatan kualitatif maupun pendekatan kuantitatif.
§ Aksiologis; manfaat dari psikologi pendidikan terutama sekali berkenaan dengan pencapaian efisiensi dan efektivitas proses pendidikan.
Dengan
demikian, psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu cabang
psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku individu dalam konteks
situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta,
generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan pendidikan, yang
diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian
efektivitas proses pendidikan.
Psikologi
sebagai suatu ilmu, mempunyai tugas-tugas atau fungsi-fungsi tertentu
seperti ilmu-ilmu pada umumnya. Adapun tugas-tugas psikologi ialah:
a. Mengadakan deskripsi, yaitu tugas untuk menggambarkan secara jelas hal-hal yang di bicarakan.
b. Menerangkan, yaitu tugas untuk menerangkan keadaan yang mendasari terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut.
c. Menyusun Teori, yaitu tugas mencari dan merumuskan ketentuan-ketentuan mengenai hubungan antara peristiwa satu dengan peristiwa yang lain.
d. Prediksi, yaitu untuk membuat ramalan mengenai hal-hal yang mungkin terjadi.
e. Pengendalian, yaitu tugas untuk mengatur peristiwa-peristiwa atau gejala.
Secara garis besar, umumnya batasan pokok bahasan psikologi pendidikan dibatasi atas tiga macam :
1. Mengenai belajar, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip dan ciri khas perilaku belajar peserta didik dan sebagainya.
2.
Mengenai proses belajar, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang
terjadi dalam kegiatan belajar peserta didik dan sebagianya.
3.
Mengenai situasi belajar, yakni suasana dan keadaan lingkungan baik
bersifat fisik maupun non fisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar
peserta didik.
Seperti
yang dipaparkan di depan kerena psikologi merupakan suatu ilmu, maka
dengan sendirinya psikologi juga mempunyai ciri-ciri seperti ilmu-ilmu
yang lain seperti,
· Objek tertentu
· Metode pendekatan atau penelitian tertentu
· Mempunyai riwayat atau sejarah tertentu
· Sistematika yang teratur sebagai hasil pendekatan terhadap objek
Tujuan mempelajari psikologi:
· Untuk
membantu guru dan calon guru agar menjadi lebih bijaksana membimbing
anak didiknya dalam hubungannya dengan proses pertumbuhan belajar.
· Agar
para guru dan calon guru memiliki dasar-dasar luas dalam mendidik pada
umumnya, dan bidang keahliannya pada khususnya, sehingga anak didiknya
lebih baik dalam belajar.
· Agar
para guru dan calon guru dapat menciptakan suatu sistem yang lebih
efisien dengan jalan mempelajarinya dan menganalisis tingkah laku anak
didik dalam proses-proses pendidikan yang berlangsung.
Manfaat mempelajari psikologi pendidikan:
· Bisa memahami anak didiknya dan untuk sampai pada tahap ini kita perlu mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak sejak lahir.
· Bisa
mengetahui peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi dalam setiap fase
serta faktor yang menunjang dan menghambat potensi-potensi dasar yang
memiliki anak serta intelegensi dan bakat sifat-sifat serta cirri-ciri
kepribadian anak.
· Bisa memahami hal-hal yang berhubungan dengan masalah belajar dan mengejar serta vareasi serta modelnya.
Ada 4 syarat psikologi sebagai ilmu, yaitu:
1. Mempunyai objek
Objek
psikologi ada 2 yaitu objek material dan objek formal. Objek material
yaitu apa saja yang di bahas, di pelajari dan di selidiki yang
ditentukan dan dijadikan sasaran pemikiran. Objek ini merupakan masalah
pokok. Objek formal yaitu cara pandang, dan tinjauan peneliti terhadap objek material dan prinsip-prinsip yang digunakan. Objek ini yang membedakan ilmu satu dengan ilmu lain.
2. Mempunyai ,metode
Cara
kerja untuk memahami objek sasaran dan psikologi sebagai ilmu
pengetahuan yang berdiri sendiri dan telah menggunakan metode ilmiah.
Sifat-sifat metode ilmiah yaitu objektif ( apa adanya), adekuat ( sesuai
masalah dan tujuan), Reliable (dapat dipercaya dan infonya tepat),
Valid (sesuai objek), Sistematis (urut atau tersusun dengan baik),
Akurat (member data yang teliti).
3. Sistematis
Psikologi mempunyai susunan yang baik dan benar. Berikut ada beberapa cabang psikologi yaitu:
a. Psikologi
teoritis yaitu psikologi berdasarkan teori.Teori ini digunakan untuk
memprediksi lalu teori ini digunakan untuk menjelaskan. Maka teori ini
merupakan alat terpenting dari satu ilmu pengetahuan. Ada 2 kelompok
psikologi teoritis:Psikologi umum psikologi ini mempelajari menguraikan
dan menyelidiki aktivitas psikis manusia yang sifatnya umum.psikologi
khusus psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia pada situasi
khusus.
b. Psikologi
praktis .Di sebut juga psikologi terapan yaitu psikologi yang
mempelajari tingkah laku individu dalam kehidupannya. Tujuannya untuk
menemukan prinsip-prinsip psikologi untuk memecahkan masalah-masalah
dalam kehidupan manusia. Adapun cabang-cabang psikologi praktis
diantaranya : Psikologi perusahaan ( menyelesaikan masalah – masalah
dalam perusahaan ) , Psikologi klinis dan bimbingan psikologi ( usaha
para psikolog untuk menolong orang yang menderita).
4. Universal
Psikologi itu harus berlaku untuk umum. Tidak hanya berlaku hanya pada satu cabang ilmu saja melainkan keseluruhan ilmu.
2.3 Aplikasi Psikologi
a. Aplikasi Landasan Psikologi dalam Pendidikan
Pengertian
Landasan Psikologis merupakan pemahaman terhadap peserta didik yang
berkaitan dengan aspek kejiwaan. Karena merupakan salah satu kunci
keberhasilan pendidikan bagi seorang pendidik. Oleh karena itu, hasil
kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam
bidang pendidikan.
Landasan
psikologi memberikan sumbangan dalam dunia pendidikan. Kita ketahui
bahwa Subjek dan objek pendidikan adalah manusia (peserta didik). Setiap
peserta didik memiliki keunikan masing – masing dan berbeda satu sama
lain. Oleh sebab itulah, kita sebagai guru memerlukan psikologi. Dengan
adanya psikologi memberikan
wawasan bagaimana memahami perilaku individu dalam proses pendidikan dan
bagaimana membantu individu agar dapat berkembang secara optimal serta
mengatasi permasalahan yang timbul dalam diri individu (siswa) terutama
masalah belajar yang dalam hal ini adalah masalah dari segi pemahaman
dan keterbatasan pembelajaran yang dialami oleh siswa. Psikologi
dibutuhkan di berbagai ilmu pengetahuan untuk mengerti dan memahami
kejiwaan seseorang.
Psikologi memiliki peran dalam dunia pendidikan baik itu dalam belajar dan pembelajaran. Pengetahuan
tentang psikologi sangat diperlukan oleh pihak guru atau instruktur
sebagai pendidik, pengajar, pelatih, pembimbing, dan pengasuh dalam
memahami karakteristik kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta
secara integral. Pemahaman psikologis peserta didik oleh pihak guru atau
instruktur di institusi pendidikan memiliki kontribusi yang sangat
berarti dalam membelajarkan peserta didik sesuai dengan sikap, minat,
motivasi, aspirasi, dan kebutuhan peserta didik, sehingga proses
pembelajaran di kelas dapat berlangsung secara optimal dan maksimal.
Pengetahuan
tentang psikologi diperlukan oleh dunia pendidikan karena dunia
pendidikan menghadapi peserta didik yang unik dilihat dari segi
karakteristik perilaku, kepribadian, sikap, minat, motivasi, perhatian,
persepsi, daya pikir, inteligensi, fantasi, dan berbagai aspek
psikologis lainnya yang berbeda antara peserta didik yang satu dengan
peserta didik yang lainnya. Perbedaan karakteristik psikologis yang
dimiliki oleh para peserta didik harus diketahui dan dipahami oleh
setiap guru atau instruktur yang berperan sebagai pendidik dan pengajar
di kelas, jika ingin proses pembelajarannya berhasil.
Beberapa peran penting psikologi dalam proses pembelajaran adalah :
1. Memahami
siswa sebagai pelajar, meliputi perkembangannya, tabiat, kemampuan,
kecerdasan, motivasi, minat, fisik, pengalaman, kepribadian, dan
lain-lain
2. Memahami prinsip – prinsip dan teori pembelajaran
3. Memilih metode – metode pembelajaran dan pengajaran
4. Menetapkan tujuan pembelajaran dan pengajaran
5. Menciptakan situasi pembelajaran dan pengajaran yang kondusif
6. Memilih dan menetapkan isi pengajaran
7. Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
8. Memilih alat bantu pembelajaran dan pengajaran
9. Menilai hasil pembelajaran dan pengajaran
10. Memahami dan mengembangkan kepribadian dan profesi guru
11. Membimbing perkembangan siswa
Menurut
Abimanyu (1996) mengemukakan bahwa peranan psikologi dalam pendidikan
dan pengajaran ialah bertujuan untuk memberikan orientasi mengenai
laporan studi, menelusuri masalah-masalah di lapangan dengan pendekatan
psikologi serta meneliti faktor-faktor manusia dalam proses pendidikan
dan di dalam situasi proses belajar mengajar. Psikologi dalam pendidikan
dan pengajaran banyak mempengaruhi perumusan tujuan pendidikan,
perumusan kurikulum maupun prosedur dan metode-metode belajar mengajar.
Psikologi ini memberikan jalan untuk mendapatkan pemecahan atas
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Teori dan proses belajar
2. Hubungan antara teknik mengajar dan hasil belajar.
5. Perbandingan hasil pendidikan formal dengan pendidikan informal atas diriindividu.
6. Pengaruh kondisi sosial anak didik atas pendidikan yang diterimanya.
7. Nilai sikap ilmiah atas pendidikan yang dimiliki oleh para petugas pendidikan.
8. Pengaruh interaksi antara guru dan murid dan antara murid dengan murid.
9. Hambatan, kesulitan, ketegangan, dan sebagainya yang dialami oleh anak didik selama proses pendidikan
10.Pengaruh perbedaan individu yang satu dengan individu yang lain dalam batas kemampuan belajar
b. Aplikasi Teori Psikologi dalam Teknologi Pendidikan
Psikologi memiliki berbagai cabang, Namun dalam teknologi
pendidikan lebih memprioritaskan psikologi pendidikan dan psikologi
belajar, karena teknologi pendidikan lebih membahas tentang tingkah laku
atau subjek dari teknologi pendidikan adalah peserta didik.
1. Psikologi pendidikan
Psikologi
pendidikan yaitu ilmu yang membahas segi-segi psikologi dalam lapangan
pendidikan dimana psikologi pendidikan adalah studi ilmiah mengenai
tingkah laku individu dalam situasi pendidikan. Tujuan psikologi
pendidikan ialah mempelajari tingkah laku manusia dan perubahan tingkah
laku itu sebagai akibat proses dari tangan pendidikan dan berusaha
bagaimana suatu tingkah laku itu seharusnya diubah, dibimbing melalui
pendidikan (Mustaqim, 2010)
Dengan
demikian, psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu
cabang psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku individu dalam
konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta,
generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan pendidikan,
yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian
efektivitas proses pendidikan.
Muhibbin
Syah (2003) mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang
perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan
yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik” Dengan
memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan –
pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
1. Merumuskan
tujuan pembelajaran secara tepat. Dengan memahami psikologi pendidikan
yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan
bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya,
dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi
perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan
individu.
2. Memilih
strategi atau metode pembelajaran yang sesuai. Dengan memahami
psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan
strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu
mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar
dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.
3. Memberikan
bimbingan atau bahkan memberikan konseling.Tugas dan peran guru, di
samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para
siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan
guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui
proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
4. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik. Memfasilitasi
artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki
siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat
diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan
perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman
psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami
kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator
belajar siswanya.
5. Menciptakan
iklim belajar yang kondusif. Efektivitas pembelajaran membutuhkan
adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi
pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim
sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat
belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
6. Berinteraksi
secara tepat dengan siswanya. Pemahaman guru tentang psikologi
pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara
lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan
siswanya.
7. Menilai
hasil pembelajaran yang adil. Pemahaman guru tentang psikologi
pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian
pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian,
pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil
penilaian.
2.4 Konsep Psikologi Guru
Dalam
proses belajar-mengajar dapat dikatakan bahwa ini inti permasalahan
psikiologis terletak pada anak didik. Bukan berarti mengabaikan
persoalan psikologi seorang pendidik, namun dalam seseorang telah
menjadi seorang pendidik maka ia telah melalui proses pendidikan dan
kematangan psikologis sebagai suatu kebutuhan dalam mengajar. Penguasaan
guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang
harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik.
Muhibbin
Syah (2003) mengatakan bahwa “diantara pengetahuan- pengetahuan yang
perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan
yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik” Guru
dalam menjalankan perannya sebagai pendidik bagi peserta didiknya,
tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya
maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama
perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat
menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya
dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di
sekolah.
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
1.
Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat. Dengan memahami psikologi
pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam
menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan
pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom
tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori
perkembangan individu.
2.
Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai. Dengan memahami
psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan
strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu
mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar
dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.
3.
Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling. Tugas dan peran
guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat
membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya
diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan
benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan
keakraban.
4.
Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik. Memfasilitasi
artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki
siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat
diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan
perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman
psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami
kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator
belajar siswanya.
5.
Menciptakan iklim belajar yang kondusif. Efektivitas pembelajaran
membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman
psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan
iklim sosio- emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa
dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
6.
Berinteraksi secara tepat dengan siswanya. Pemahaman guru tentang
psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan
siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang
menyenangkan di hadapan siswanya.
7.
Menilai hasil pembelajaran yang adil. Pemahaman guru tentang psikologi
pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian
pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian,
pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil
penilaian.
Guru dalam
menjalankan perannya sebagai pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para
peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek
perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan
tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya–,
sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada
gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan
pendidikan di sekolah.
Di
sinilah arti penting Psikologi Pendidikan, dengan memahami psikologi
pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan-pertimbangan psikologisnya
diharapkan dapat :
(a) Merumuskan tujuan pembelajaran,
(b) Memilih strategi atau metode pembelajaran,
(c) Memilih alat bantu dan media pembelajaran yang tepat,
(d) Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling kepada peserta didiknya,
(e) Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik,
(f) Menciptakan iklim belajar yang kondusif,
(g) Berinteraksi secara bijak dengan peserta didiknya,
(h) Menilai hasil pembelajaran, dan
(i) Dapat mengadministrasikan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Selain
itu, dengan memahami Psikologi Pendidikan para guru juga dapat
memahami dan mengembangkan diri-pribadinya untuk menjadi seorang guru
yang efektif dan patut diteladani. Penguasaan guru tentang psikologi
pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru,
yakni kompetensi pedagogik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebagai
objek sasaran dalam proses belajar mengajar adalah anak didik sebagai
manusia individu yang memiliki perilaku, karakteristik dan kemampuan
yang berbeda satu sama lain, maka dalam proses belajar mengajar, seorang
pendidik perlu memperhatikan faktor psikologi karena pendidikan sebagai
suatu proses perubahan tingkah laku yang diperolah melalui belajar
mengajar, tidak dapat dipisahkan dari psikologi. Guru sebagai
pendidik/pengajar menjadi subjek yang mutlak harus memiliki pengetahuan
psikologi sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik,
setidaknya dalam meminimalisir kegagalan dalam menyampaikan materi
pelajaran.
3.2 Saran
Dari kesimpulan di atas penyusun mempunyai saran mengenai pembahasan di atas yaitu:
· Guru seharusnya lebih menguasai ilmu psikologi untuk mngetahui dan menganalisis keadaan siswa di sekolah.
· Guru harus mengkonsepkan dirinya sendiri sebagai psikolog yang efektif dan diteladani.
· Guru
harus bisa mengaplikasikan dan menerapkan ilmu psikologinya,karena
dengan begitu guru dianggap berkompeten dalam ilmu pedagogik.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar