Rabu, 11 Juni 2014
Informasi Penting: Petunjuk cara menghapus data / nama PTK di http://...
Informasi Penting: Petunjuk cara menghapus data / nama PTK di http://...: Dalam pendataan proses verval NUPTK tahun 2013 ini, terdapat beberapa kendala dalam pelaksanannya. Salah satunya adalah data PTk yang sudah ...
Informasi Penting: Cara edit data PTK NUPTK (Cara edit data dasar PTK...
Informasi Penting: Cara edit data PTK NUPTK (Cara edit data dasar PTK...: NUPTK Bagi para PTK yang ingin mengedit / merubah data dasar untuk proses verval NUPTK online 2013, maka harus tahu bagaimana caranya...
Informasi Penting: Cara Entri Formulir A01 PTK di PADAMU NEGERI NUPTK...
Informasi Penting: Cara Entri Formulir A01 PTK di PADAMU NEGERI NUPTK...: Bagi PTK yang pada saat awal-awal mengunduh data NUPTK mendapati bahwa NUPTK-nya terdapat keterangan sbb : NPSN Belum terverifikasi/belum d...
Informasi Penting: Cara Entri Formulir A05 NUPTK Padamu Negeri (isi d...
Informasi Penting: Cara Entri Formulir A05 NUPTK Padamu Negeri (isi d...: Pada proses verval NUPTK tahun 2013 ini terdapat langkah-langkah yang panjang dan cukup menyita waktu dan tenaga untuk pengisian data-datany...
Informasi Penting: Entri Formulir A01, Entri Formulir A05, Download F...
Informasi Penting: Entri Formulir A01, Entri Formulir A05, Download F...: Entri Formulir A01, Entri Formulir A05, Download Formulir A01, A02, A03, A04 NUPTK Bagi Admin Sekolah (operator sekolah PADAMU NEGERI) ma...
Informasi Penting: Cara mendapatkan status verval NUPTK Bintang 3
Informasi Penting: Cara mendapatkan status verval NUPTK Bintang 3: Dalam proses Verval NUPTK 2013 trakhir yaitu tanggal 30 September 2013. untuk itu di harapkan semua instansi sekolah di seluruh wilaya...
Informasi Penting: Bintang 4 NUPTK Padamu Negeri
Informasi Penting: Bintang 4 NUPTK Padamu Negeri: Status Bintang 4 NUPTK Padamu Negeri Dalam kelanjutan proses verval NUPTK 2013 yang telah melalui serangkaian cara, yaitu mulai dari pen...
Informasi Penting: NUPTK status bintang 3 ke status bintang 4.
Informasi Penting: NUPTK status bintang 3 ke status bintang 4.: NUPTK bagi pendidik dan tenaga kependidikan sangat penting keberadaannya. Hal tersebut dikarenakan bahwa setiap ada permintaan pengiri...
Informasi Penting: Proses VerVal NUPTK dan EDS pada Layanan PADAMU NE...
Informasi Penting: Proses VerVal NUPTK dan EDS pada Layanan PADAMU NE...: Dalam kelanjutan proses verval NUPTK tahun ini pada http://bpsdmpk.kemdikbud.go.id memang memerlukan perhatian khususnya oleh tiap-tiap PTK...
Informasi Penting: NUPTK PERMANEN AKTIF
Informasi Penting: NUPTK PERMANEN AKTIF: NUPTK dinyatakan permanen aktif oleh tim Admin Pusat Padamu Negeri bila masing-masing PTk sudah melakukan/melaksanakan proses verval mulai...
Informasi Penting: NUPTK PERMANEN AKTIF
Informasi Penting: NUPTK PERMANEN AKTIF: NUPTK dinyatakan permanen aktif oleh tim Admin Pusat Padamu Negeri bila masing-masing PTk sudah melakukan/melaksanakan proses verval mulai...
Informasi Penting: Formulir Pengajuan NISN
Informasi Penting: Formulir Pengajuan NISN: NISN adalah singkatan dari Nomor Induk Siswa Nasional. NISN merupakan nomor identitas yang wajib diniliki oleh siswa yang terdaftar di se...
Informasi Penting: Cari Data NISN Murid Pada Situs Resmi http:/...
Informasi Penting: Cari Data NISN Murid Pada Situs Resmi http:/...: Pada kesempatan kali ini, saya akan berbagi cara bagaimana mencari data NISN murid/siswa secara online pada situs resmi NISN yaitu pada htt...
Informasi Penting: Tentang NISN (Nomor Induk Siswa Nasional)
Informasi Penting: Tentang NISN (Nomor Induk Siswa Nasional): Bagi Anda yang ingin tahu apakah sebenarnya NISN itu ? Apasaja fungsi ataupun kegunaan dari NISN itu ? Maka silahkan simak P...
Informasi Penting: Sistem Informasi Peserta Didik
Informasi Penting: Sistem Informasi Peserta Didik: NISN adalah Nomer Induk Siswa Nasional. Di tiap-tiap sekolah, para siswanya masing-masing harus mempunyai Nomor Induk Siswa Nasional. Dalam ...
Informasi Penting: Cara Melihat Rekapitulasi Data NISN tiap Sekolah p...
Informasi Penting: Cara Melihat Rekapitulasi Data NISN tiap Sekolah p...: Pada postingan saya sebelumnya, tentang NISN ( Nomer Induk Siswa Nasional )yang telah diajukan pada Website resmi NISN, dapat dilihat datan...
Informasi Penting: CEK REKAPITULASI DATA NISN (NOMER INDUK SISWA NASI...
Informasi Penting: CEK REKAPITULASI DATA NISN (NOMER INDUK SISWA NASI...: Pada postingan saya kali ini adalah cara menglihat/mengecek rekapitulasi data siswa yaitu mengenai NISN. Bila ingin melihat / mengecek d...
Informasi Penting: Cara melihat hasil pengajuan NISN
Informasi Penting: Cara melihat hasil pengajuan NISN: NISN singkatan dari Nomer Induk Siswa Nasional. Pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia telah banyak dilakukan upaya...
Informasi Penting: Petunjuk cara login akun sekolah padamu negeri
Informasi Penting: Petunjuk cara login akun sekolah padamu negeri: Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi kepada anda semua yang mungkin belum tahu/belum paham cara logi/masuk ke akun sekolah padamu nege...
Jumat, 06 Juni 2014
Stasiun TV Asia yang Menyiarkan Piala Dunia 2014
Berikut Siaran yang Menyiarkan FIFA
WORLD CUP 2014
1.Indonesia :
Palapa D | TVONE : 3786 H 5632
Telkom 1 | ANTV : 4014 H 6000
2. Malaysia :
Measat 3 | TV1 & TV2 : 3878 V 18385, TV3 : 3786 V 7200
3. China :
Chinasat 6A |XJTV5 : 4121 H 27500
Chinasat 6B |CCTV : 3840 H 27500/3880 H 27500/4100 V 27500
4. Myanmar :
Thaicom 5 | MRTV 4 : 3618 V 12500
Palapa D | MWD : 4110 H 11669
5. Banglasdesh :
Asiasat 3S | BTV National : 3710 H 11395
Apstar 7 | Maasranga : 3799 H 4330
6. India :
Insat 3A | Ariana TV : 4141 V 5150, DD HD & DD sport : 3725 H 27500
7. Pakistan :
Paksat 1R | PTV Sports : 4004 V 3333
8. Arab Saudi :
Asiasat 5 | JSC Sport : 3760 H 27500
9. Nepal :
Thaicom 5 | NTV Plus : 3562 H 3700
Eutelsat 36A | NTV Plus : 11938 R 27500
10. Timor Leste :
Telkom 1 | RTTL : 3776 H 4280
11. Cambodia :
Telstar 18 | CTN : 3712 H 9628
12. Vietnam :
Vinasat 1 : VTV2 VTV3 : 3413 V 9766,K+ : 11048 H 28800, ANTV : 11472 H 23200
13. Thailand :
Thaicom 5 | BBTV Ch7 : 3764 V 5900, Modernine : 3520 H 28125
14. Laos :
Thaicom5 | LNTV3 : 3448 V 4375
15. Rusia :
Yamal 202 | Rusia1 & Rusia2 : 4114 R 10050, Saba1 & Saba2 : 3950 L 3374
Minggu, 01 Juni 2014
Perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP
Perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP
Ditulis oleh Fatur Thok

No
|
Kurikulum 2013
|
KTSP
|
1 | SKL (Standar Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu, melalui Permendikbud No 54 Tahun 2013. Setelah itu baru ditentukan Standar Isi, yang bebentuk Kerangka Dasar Kurikulum, yang dituangkan dalam Permendikbud No 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013 | Standar Isi ditentukan terlebih dahulu melaui Permendiknas No 22 Tahun 2006. Setelah itu ditentukan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) melalui Permendiknas No 23 Tahun 2006 |
2 | Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan | lebih menekankan pada aspek pengetahuan |
3 | di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-VI | di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-III |
4 | Jumlah jam pelajaran per minggu lebih banyak dan jumlah mata pelajaran lebih sedikit dibanding KTSP | Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan jumlah mata pelajaran lebih banyak dibanding Kurikulum 2013 |
5 | Proses pembelajaran setiap tema di jenjang SD dan semua mata pelajaran di jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan dengan pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta. | Standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi |
6 | TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) bukan sebagai mata pelajaran, melainkan sebagai media pembelajaran | TIK sebagai mata pelajaran |
7 | Standar penilaian menggunakan penilaian otentik, yaitu mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil. | Penilaiannya lebih dominan pada aspek pengetahuan |
8 | Pramuka menjadi ekstrakuler wajib | Pramuka bukan ekstrakurikuler wajib |
9 | Pemintan (Penjurusan) mulai kelas X untuk jenjang SMA/MA | Penjurusan mulai kelas XI |
10 | BK lebih menekankan mengembangkan potensi siswa | BK lebih pada menyelesaikan masalah siswa |
Itulah beberpa perbedaan Kurikulum 2013
dan KTSP. Walaupun kelihatannya terdapat perbedaan yang sangat jauh
antara Kurikulum 2013 dan KTSP, namun sebenarnya terdapat kesamaan
ESENSI Kurikulum 2013 dan KTSP. Misal pendekatan ilmiah (Saintific
Approach) yang pada hakekatnya adalah pembelajaran berpusat pada siswa.
Siswa mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Pendekatan ini
mempunyai esensi yang sama dengan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP).
Masalah pendekatan sebenarnya bukan masalah kurikulum, tetapi masalah
implementasi yang tidak jalan di kelas. Bisa jadi pendekatan ilmiah yang
diperkenalkan di Kurikulum 2013 akan bernasib sama dengan
pendekatan-pendekatan kurikulum terdahulu bila guru tidak paham dan
tidak bisa menerapkannya dalam pembelajaran di kelas.
Perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP
Perbedaan Kurikulum 2013 Dengan KTSP - Kurikulum 2013
diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli 2013. Sedangkan
implementasinya telah diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014 di
sekolah-sekolah tertentu atau masih terbatas. Dulu dan sekarang, kita
sudah mengenal dengan yang namanya KTSPatau Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan yang mulai diberlakukan sejak tahun ajaran 2007/2008.
Kalau kita cermati bersama, perbedaan paling mendasar antara
Kurikulum 2013 dengan KTSP. Dalam KTSP, kegiatan pengembangan silabus
merupakan kewenangan satuan pendidikan, namun dalam Kurikulum 2013
kegiatan pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan pemerintah,
kecuali untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus dikembangkan di
satuan pendidikan yang bersangkutan.
Namun dibalik perbedaan yang ada, sebenarnya juga terdapat kesamaan esensi antara Kurikulum 2013 dengan KTSP. Misalnya tentang pendekatan ilmiah (Scientific Approach) yang pada hakekatnya adalah pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Pendekatan ini
mempunyai esensi yang sama dengan Pendekatan Keterampilan Proses
(PKP). Masalah pendekatan sebenarnya bukan masalah kurikulum, tetapi
masalah implementasi yang tidak jalan di kelas. Bisa jadi pendekatan
ilmiah yang diperkenalkan di Kurikulum 2013 akan bernasib sama dengan
pendekatan-pendekatan kurikulum terdahulu bila guru tidak paham dan
tidak bisa menerapkannya dalam pembelajaran di kelas.
Berikut ini adalah perbedaan antara Kurikulum 2013 dengan KTSP
No
|
Kurikulum 2013
|
KTSP
|
1 | SKL (Standar Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu, melalui Permendikbud No 54 Tahun 2013. Setelah itu baru ditentukan Standar Isi, yang bebentuk Kerangka Dasar Kurikulum, yang dituangkan dalam Permendikbud No 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013 | Standar Isi ditentukan terlebih dahulu melaui Permendiknas No 22 Tahun 2006. Setelah itu ditentukan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) melalui Permendiknas No 23 Tahun 2006 |
2 | Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan | lebih menekankan pada aspek pengetahuan |
3 | di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-VI | di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-III |
4 | Jumlah jam pelajaran per minggu lebih banyak dan jumlah mata pelajaran lebih sedikit dibanding KTSP | Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan jumlah mata pelajaran lebih banyak dibanding Kurikulum 2013 |
5 | Proses pembelajaran setiap tema di jenjang SD dan semua mata pelajaran di jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan dengan pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta. | Standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi |
6 | TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) bukan sebagai mata pelajaran, melainkan sebagai media pembelajaran | TIK sebagai mata pelajaran |
7 | Standar penilaian menggunakan penilaian otentik, yaitu mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil. | Penilaiannya lebih dominan pada aspek pengetahuan |
8 | Pramuka menjadi ekstrakuler wajib | Pramuka bukan ekstrakurikuler wajib |
9 | Pemintan (Penjurusan) mulai kelas X untuk jenjang SMA/MA | Penjurusan mulai kelas XI |
10 | BK lebih menekankan mengembangkan potensi siswa | BK lebih pada menyelesaikan masalah siswa |
Nah Bapak Ibu para pendidik, itulah Perbedaan Kurikulum 2013 Dengan KTSP yang bisa saya sampaikan dalam update kali ini. Semoga tulisan ini bisa menambah wawasan kita bersama.
Pengembangan dan Pembaruan Kurikulum
Pengembangan dan
Pembaharuan Kurikulum
A.
Tingkat
Pengembangan Kurikulum
Yang dimaksud
pengembangan kurikulum adalah proses penyusunan kurikulum oleh pengembang
kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum
yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional.
Secara
umum, perubahan dan penyempurnaan kurikulum dilakukan setiap sepuluh tahun
sekali. Perubahan kurikulum tersebut dilakukan agar kurikulum tidak ketinggalan
dengan perkembangan masyarakat, termasuk ilmu pengetahuan dan teknologinya.
Kurikulum yang pernah diberlakukan secara nasional di Indonesia dapat
dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:
Tingkat Pengembangan
Kurikulum Yang ada di Indonesia
1.
Rencana Pelajaran 1947, Kurikulum ini merupakan kurikulum pertama di Indonesia setelah
kemerdekaan. Istilah kurikulum masih
belum digunakan. Sementara istilah yang digunakan adalah Rencana Pelajaran
2. Rencana Pelajaran
1954, Kurikulum ini masih sama dengan kurikulum sebelumnya, yaitu Rencana
Pelajaran 1947
3.
Kurikulum
1968, Kurikulum ini merupakan kurikulum terintegrasi pertama di Indonesia.
Beberapa masa pelajaran, seperti Sejarah, Ilmu Bumi, dan beberapa cabang ilmu
sosial mengalami fusi menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Studies).
Beberapa mata pelajaran, seperti Ilmu Hayat, Ilmu Alam, dan sebagainya
mengalami fusi menjadi Ilmu Pengetahun Alam (IPS) atau yang sekarang sering
disebut Sains.
4.
Kurikulum 1975, Kurikulum ini disusun
dengan kolom-kolom yang sangat rinci.
5.
Kurikulum 1984, Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1975
6. Kurikulum 1994,
Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1984
7.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum ini belum diterapkan di seluruh
sekolah di Indonesia. Beberapa sekolah telah dijadikan uji coba dalam rangka
proses pengembangan kurikulum ini
8. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) •
KBK sering disebut sebagai jiwa KTSP, karena KTSP sesungguhnya telah mengadopsi
KBK. Kurikukulum ini dikembangkan oleh BSNP (Badan Standar Nasional
Pendidikan).
B.
Konsep
Dasar Pembaharuan Kurikulum
Pembaharuan
kurikulum mengikuti pola 10 tahunan. Tentunya ada hal baru yang dimasukkan
dalam setiap kurikulum, mengikuti perubahan sosial dan ekonomi masyarakat.
Konsep
Pembaharuan kurikulum pada umumnya adalah mengotak-atik mata pelajaran dalam
kurikulum, mengubah dan memperbaiki tujuan dan menambahkan atau mengurangi
muatan belajar. Tindakan seperti ini bukannya salah, tetapi bagian terpenting
dari sebuah pendidikan adalah bukan pada isinya yang banyak, tetapi pendekatan
cara mendidik.
Rencana
Pendidikan di Sekolah Isinya bukan saja mengenai kegiatan intra kurikular
tetapi juga ekstra kurikular. Yang dimaksud dengan kegiatan ekstra kurikular
bukan saja berupa klub tetapi seharusnya dikembangkan berdasarkan rundingan
guru, kepala sekolah, orang tua dengan mempertimbangkan kemampuan anak dan
kondisi lingkungan/daerah di mana dia berada.
Dengan
kata lain, nafas bukanlah perkara yang memaksa guru atau menyengsarakan guru
(karena ketidakjelasannya) dalam mengembang-
kan materi yang dia ajarkan. Akan tetapi harus mengajak
komponen sekolah untuk membicarakan bagaimana pendidikan di sekolah seharusnya
dikembangkan berdasarkan standar minimal yang ditetapkan pemerintah.
Jika
ada seorang guru berhasil mengembangkan materi pelajarannya, mengembangkan
metode baru dan selesai dengan cepat menyusun silabus pengajaran, itu bukanlah
sebuah kemajuan bagi pendidikan di sekolah. Tetapi yang terpenting adalah
menjadikan keberhasilan itu menjadi bukan milik pribadi, tetapi dimiliki oleh
semua guru dan aparat sekolah.
Dengan
landasan berfikir seperti ini, maka pendidikan tidak lagi sekedar merupakan
jiplakan apa yang tertera dalam kurikulum, tetapi pendidikan di sekolah
merupakan pengembangan standar minimal yang menjadi sebuah kegiatan/program.
C.
Latar
Belakang Pengembangan Kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum dikenal ada lima istilah,
yaitu pengembangan kurikulum (Curriculum development), perbaikan kurikulum
(Curriculum improvement), perencanaan kurikulum (Curriculum planning),
penerapan kurikulum (curriculum implementation), dan evaluasi kurikulum
(curriculum evaluation).
1.
Pengembangan
kurikulum dan perbaikan kurikulum merupakan istilah yang mirip tetapi tidak
sama . Pengembangan kurikulum merupakan istilah yang lebih komprehensif, di
dalamnya termasuk perencanaan, penerapan, dan evaluasi dan berimplikasi pada
perubahan dan perbaikan. Sedangkan perbaikan kurikulum sering bersinonim dengan
pengembangan kurikulum, walaupun beberapa kasus perubahan dipandang sebagai
hasil dari pengembangan.
2.
Perencanaan
kurikulum adalah fase pre-eliminer dari pengembangan kurikulum. Pada saat
pekerja kurikulum membuat keputusan dan beraksi untuk menetapkan rencana yang
akan dilaksanakan oleh guru dan siswa. Jadi perencanaan merupakan fase berfikir
atau fase disain.
3.
Penerapan
kurikulum adalah menterjemahkan rencana ke dalam tindakan. Pada saat tahap perencanaan kurikulum, terjadi pemilihan
pola tertentu organisasi kurikulum atau reorganisasi. Pola-pola tersebut
diletakkan dalam tahap penerapan kurikulum. Cara-cara penyempaian
pengalaman belajar, misalnya penggunaan tim pengajaran, diambil dari konteks
perencanaan dan dibuat operasional. Penerapan kurikulum juga mentermahkan
rencana menjadi tindakan dalam kelas, juga aturan pergantian guru dari pekerja
kurikulum menjadi instruktur.
4.
Evaluasi
kurikulum merupakan fase terakhir dalam pengembangan kurikulum di mana hasilnya
diases dan keberhasilan pebelajar dan program ditentukan. Fase ini akan dibahas
lebih rinci pada langkah-langkah pengembangan kurikulum.
D.
Masalah-masalah
dalam Pembaharuan
Menurut Zahara Ideris (1982) yang
dikutip oleh Subandijah (1993 : 77 ) mengemukakan masalah-masalah yang menuntut
adanya inovasi pendidikan dan kurikulum di Indonesia adalah sebagai berikut :
a.
Perkembangan ilmu
pengetahuan yang menghasilkan teknologi yang
mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi, politil, pendidikan dan
kebudayaan.
b.
Laju eksplosi penduduk
yang cukup pesat, yang menyebabkan daya tampung ruang dan fasilitas pendidikan
sangat tidak seimbang.
c.
Mutu pendidikan yang
dirasakan semakin menurun, yang belum mampu mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
d.
Kurang adanya
relevansi antara program pendidikan dengan kebutuhan masyarakat yang sedang
membangun
e.
Belum berkembangnya
alat organisasi yang efektif serta belum tumbuhnya suasana yang subur dalam
masyarakat untuk mengadakan perubahan-perubahan yang dituntut oleh keadaan
sekarang dan yang akan datang.
Akibat-Akibat
dari Pembaharuan Kurikulum Sekolah
Usaha-usaha
pembaharuan kurikulum dilakukan dengan maksud untuk mencari suatu model
kurikulum yang tepat untuk mememuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang
senatiasa terus berubah dan terus berkembang.
Pada umumnya akibat yang
ditimbulkan dari berlakunya kurikulum baru tergantung pada taraf atau besarnya
perubahan. Akibat-akibat perubahan tersebut antara lain :
A. Tenaga
kependidikan
Mereka harus berubah perilaku jika
ada pembaharuan kurikulum sehingga pembaharuan itu dapat berhasil dengan baik.
1) Guru
Guru dituntut
untuk meningkatkan kemampuan/kompetensi dalam melaksanakan tugasnya.
Partisipasi guru dalam pembaharuan kurikulum sangat besar karena guru adalah
pelaksana utama dalam pelaksanaan kurikulum. Kepercayaan guru terhadap
pembaharuan harus tertanam agar dapat menimbulkan keyakinan dan kesediaan untuk
melaksanakan pembaharuan tersebut.
2) Kepala Sekolah, Pengawas dan
Supervisor Sekolah
Mereka harus dapat memberikan
dorongan, bimbingan dan bantuan kepada guru-guru dalam melakasanakan pembaharuan
tersebut sekaligus melakukan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan pembaharuan
tersebut,
apakah sesuai dengan pedoman yang ditetapkan, adakah hambatannya.
3) Tenaga administrasi sekolah
Dalam hal ini dituntut kemmapuan
untuk merumuskan menyusun dan melaksanakan administrasi sekolah terutama
administrasi pengajaran yang baru. Dalam melaksanakan administrasi yang baru
akan ditemui kepincangan karena kemempuan staf administrasi sekolah tidak dapat
dengan segera disesuaikan dengan pola yang dikehendaki dalam kurikulum baru,
tentunya diperlukan pembinaan kepada staf administrasi sekolah tersebut.
4) Pihak-pihak lain yang terlibat
Kepada pihak lain yang terlibat
dimintakan perhatian dan kerjasamanya dalam pelaksanaan pembaharuan kurikulum:
a)
Kepada orang tua peserta
didk, mereka harus diberikan penjelasan apa itu kurikulum, kurikulum yang
dipakai dan bagaimana pelaksanaanya serta partisipasi apa yang diharapkan dari
mereka.
b)
Kepada pemakai
lulusan, mereka diminta untuk menilai dan memberikan saran kepada sekolah dan
instansi terkait apakah program yang dilaksanakan sesuai dengan kebtuhan
pemakai lulusan tersebut.
Namun biasa terjadi adanya
pembaharuan kurikulum pada tahap awalnya menimbulkan kecurigaan dari masyarakat
yang mungkin karena rasa khawatir mereka terhadap keberhasilan pelaksanaan
pembaharuan tersebut.
B. Isi dan
Struktur Mata Pelajaran
Isi/bahan mata
pelajaran akan mengalami penyesuaian baik penambahan atau perubahan, hal ini
menuntut untuk disedikannya buku-buku pedoman, buku-buku pelajaran yang sesuai
dengan isi dan struktur mata pelajaran tersebut untuk menunjang pelaksanaan
pembaharuan kurikulum. Dalam perubahan skala besar struktur mata pelajaran di
Indonesia pernah terjadi yakni perubahan Kurikulun Tahun 1968 menjadi Kurikulum
tahun 1975, kemudian Kurikulum Tahun 1984 menjadi kurikulum Tahun 1994 yakni
adanya kurikulum muatan lokal. Dan sekarang Kurikulum Tahun 2003 marupakan
Kurikulum Berbasis Kompetensi atau yang dikenal dengan istilah KBK.
C. Proses
Belajar Mengajar
Hubungan guru dan peserta didik
dapat berubah, pada kurikulum yang berpola separated subject matter yang l;ebih
menekankan pada penguasaan pengetahuan, anak kurang aktif dalam proses belajar
mengajar, tetapi gurulah yang paling banyak berperan. Berbeda dengan activity
curriculum or experiment of curriculum yang lebih menekankan pada metode
problem solving yang lebih banyak menuntut keaktifan anak.
D. Sarana dan
Prasana Pendidikan
Perubahan kurikulum juga menuntut
disediakannya sarana dan prasana yang menunjang pelaksanaan pembaharuan tersebut
seperti alat-alat pelajaran: globe, OHP, film radio, ruang kesenian/praktek, perpustakaan
dan laboraturium. Dalam penyediaan ini tentunya memerlukan biaya yang cukup
besar dan waktu.
E. Sistem
Evaluasi
Dalam hal akan terjadi perubahan
sistem evaluasi baik terhadap evaluasi keberhasilan pelaksanaan kurikulum
secara keseluruhan maupun sistem penilaian keberhasilan pembelajaran di sekolah
atau dikelas.
Psikologi Pendidikan dan Guru
Psikologi Pendidikan dan Guru
Secara
etimologis, psikologi berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa atau
nafas hidup, dan “logos” atau ilmu. Dilihat dari arti kata tersebut
seolah-olah psikologi merupakan ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari
tentang jiwa. Jika kita mengacu pada salah satu syarat ilmu yakni adanya
obyek yang dipelajari, maka tidaklah tepat jika kita mengartikan
psikologi sebagai ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa,
karena jiwa merupakan sesuatu yang bersifat abstrak dan tidak bisa
diamati secara langsung.
Berkenaan dengan obyek psikologi ini,
maka yang paling mungkin untuk diamati dan dikaji adalah manifestasi
dari jiwa itu sendiri yakni dalam bentuk perilaku individu dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, psikologi kiranya
dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Psikologi terbagi ke dalam dua bagian yaitu psikologi umum (general phsychology) yang mengkaji perilaku pada umumnya dan psikologi khusus yang mengkaji perilaku individu dalam situasi khusus, diantaranya :
- Psikologi Perkembangan; mengkaji perilaku individu yang berada dalam proses perkembangan mulai dari masa konsepsi sampai dengan akhir hayat.
- Psikologi Kepribadian; mengkaji perilaku individu khusus dilihat dari aspek – aspek kepribadiannya.
- Psikologi Klinis; mengkaji perilaku individu untuk keperluan penyembuhan (klinis)
- Psikologi Abnormal; mengkaji perilaku individu yang tergolong abnormal.
- Psikologi Industri; mengkaji perilaku individu dalam kaitannya dengan dunia industri.
- Psikologi Pendidikan; mengkaji perilaku individu dalam situasi pendidikan
Disamping jenis – jenis psikologi yang
disebutkan di atas, masih terdapat berbagai jenis psikologi lainnya,
bahkan sangat mungkin ke depannya akan semakin terus berkembang, sejalan
dengan perkembangan kehidupan yang semakin dinamis dan kompleks.
Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu karena didalamnya telah memiliki kriteria persyaratan suatu ilmu, yakni :
Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu karena didalamnya telah memiliki kriteria persyaratan suatu ilmu, yakni :
- Ontologis; obyek dari psikologi pendidikan adalah perilaku-perilaku individu yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan pendidikan, seperti peserta didik, pendidik, administrator, orang tua peserta didik dan masyarakat pendidikan.
- Epistemologis; teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan dalil – dalil psikologi pendidikan dihasilkan berdasarkan upaya sistematis melalui berbagai studi longitudinal maupun studi cross sectional, baik secara pendekatan kualitatif maupun pendekatan kuantitatif.
- Aksiologis; manfaat dari psikologi pendidikan terutama sekali berkenaan dengan pencapaian efisiensi dan efektivitas proses pendidikan.
Dengan demikian, psikologi pendidikan
dapat diartikan sebagai salah satu cabang psikologi yang secara khusus
mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan
tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori
psikologi berkaitan dengan pendidikan, yang diperoleh melalui metode
ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan.
Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan
dari psikologi. Sumbangsih psikologi terhadap pendidikan sangatlah
besar. Kegiatan pendidikan, khususnya pada pendidikan formal, seperti pengembangan kurikulum, Proses Belajar Mengajar, sistem
evaluasi, dan layanan Bimbingan dan Konseling merupakan beberapa
kegiatan utama dalam pendidikan yang di dalamnya tidak bisa dilepaskan
dari psikologi.
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang di
dalamnya melibatkan banyak orang, diantaranya peserta didik, pendidik,
adminsitrator, masyarakat dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu,
agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka
setiap orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut seyogyanya dapat
memahami tentang perilaku individu sekaligus dapat menunjukkan
perilakunya secara efektif.
Guru dalam menjalankan perannya sebagai
pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para peserta didiknya, tentunya
dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun
perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya,–terutama perilaku
peserta didik dengan segala aspeknya–, sehingga dapat menjalankan tugas
dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan
kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Di sinilah arti penting Psikologi
Pendidikan bagi guru. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan
merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni
kompetensi pedagogik. Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa “diantara
pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah
pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar
mengajar peserta didik”
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.
Dengan memahami psikologi pendidikan
yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan
bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran.
Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang
taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori
perkembangan individu.
2. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang
memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode
pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan
karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan
tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.
3. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
Tugas dan peran guru, di samping
melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para
siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru
dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui
proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
4. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
Memfasilitasi artinya berusaha untuk
mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat,
kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya
memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu,
khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang
memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan
dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.
5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
Efektivitas pembelajaran membutuhkan
adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi
pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim
sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat
belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
6, Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.
Pemahaman guru tentang psikologi
pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara
lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan
siswanya.
7. Menilai hasil pembelajaran yang adil.
Pemahaman guru tentang psikologi
pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian
pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian,
pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil
penilaian.
Makalah Psikologi Guru
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
![]() |
Psikologis guru.img |
Psikologi
merupakan suatu istilah “ ilmu pengetahuan ” yang meliputi ilmu
pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan
metode-metode ilmiah yang memenuhi syarat-syaratnya yang di mufakati
sarjana-sarjana psikologi pada zaman sekarang ini.
Dengan
demikian, apa saja yang disebut “ ilmu jiwa ” itu belum tentu “
psikologi ”, tetapi psikologi itu senantiasa ilmu jiwa. Sehingga yang
dipelajari psikologi bukan jiwa manusia secara langsung, tetapi manifestasi dari keberadaan jiwa berupa perilaku dan hal-hal lain yang berhubungan dengan perilaku.
Pentingnya
psikologi adalah untuk memahami sesama manusia, dengan tujuan untuk
dapat memberlakukan dengan lebih baik, oleh karena itu pengetahuan
psikologi mengenai anak didik dalam proses pendidikan adalah hal yang
perlu dan penting bagi setiap pendidik, sehingga seharusnya adalah
kebutuhan setiap pendidik untuk memiliki pengetahuan tentang psikologi
pendidik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian psikologi ?
2. Bagaimana arti psikologi sebagai ilmu ?
3. Bagaimana aplikasi dan penerapan psikologi dalam pendidikan ?
4. Apa saja yang menjadi konsep psikologi guru ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian psikologi
2. Mengetahui arti psikologi sebagai ilmu
3. Mengetahui aplikasi dan penerapan psikologi dalam pendidikan
4. Mengetahui konsep psikologi guru
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Psikologi
Secara etimologis, istilah psikologis berasal dari bahasa Yunani Psychology yang
merupakan gabungan., yaitu dari kata psyche berarti ”jiwa”, dan logos
yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa, atau
ilmu yang mempelajari tentang gejala- gejala kejiwaan. Istilah psyche atau
jiwa masih sulit didefinisikan karena jiwa itu merupakan objek yang
bersifat abstrak, sulit dilihat wujudnya, meskipun tidak dapat
dimungkiri keberadaannya. Dalam beberapa dasawarsa ini istilah jiwa
sudah jarang dipakai dan diganti dengan istilah psikis.
Psikologi
atau ilmu jiwa yang mempelajari jiwa manusia, jiwa itu sendiri adalah
roh dalam keadaan mengendalikan jasmani yang dapat dipengaruhi oleh alam
sekitar, karena itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali
kehidupan manusia yang berada dan melekat dalam manusia itu sendiri
(Pidarta, 2007).
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang proses mental dan perilaku seseorang yang merupakan manifestasi atau penjelmaan dari jiwa itu.
Namun
apabila mengacu pada salah satu syarat ilmu yaitu adanya objek yang
dipelajari maka tidaklah tepat mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa
karena jiwa bersifat abstrak dan tidak bisa diamati secara langsung.
Berkenaan dengan obyek psikologi ini, maka yang paling mungkin untuk
diamati dan dikaji adalah manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental itu
sendiri yaitu dalam wujud perilaku dan proses atau kegiatan individu
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Jadi, bisa diambil kesimpulan tentang definisi psikologi adalah ilmu pengetahuan yang yang mempelajari dan menganalisis prilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Psikologi
pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan
adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan
belajar (Whiterington, 1982:10). Dari batasan di atas terlihat adanya
kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan
belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi
pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan
adalah soal belajar.
Dengan
kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada
persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan tindakan belajar. Karena konsentrasinya pada
persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang senantiasa melekat
pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada
umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai
bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan fungsinya, dapat
menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar
terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif.
a. Sejarah Singkat Psikologi
Sejak
zaman yunani kuno jiwa manusia sudah menjadi topik diskusi di kalangan
ilmuan, para filosof dan para ahli fasal( phisiolologi). Pada masa ini
psikologi masih menjadi bagian dari filsafat dan belum menjadi disiplin
ilmu sendiri. Adapun para ahli filsafat kuno seperti Plato(427 – 347
SM),Aristoteles (384 – 322 SM), Socrates (469 – 399 SM), telah
memikirkan hakikat jiwa dan gejala- gejalanya. Filsafat sebagai induk
pengetahuan yang mencari hakikiat sesuatu dengan menciptakan pertanyaan
dan jawaban secara aaterus-menerus
sehingga mencapai pengertian yang hakiki tentang sesuatu. Pada zaman
ini belum ada pembuktian secara empiris melainkan berbagai teori
dikemukakan berdasarkan argumentasi logika belaka.
Pada
abad pertengahan, psikologi masih merupakan bagian dari filsafat
sehingga objeknya tetap hakikat jiwa. Tokoh-tokohnya antara lain, Rene
Descartes ( 1596 – 1650) terkenal dengan teori tentang kesadaran, Gottfried Wolhelm Leibniz ( 1646 – 1716) dengan teorinya kesejahteraan psikofhisik (psychophysical parallelism) dan Jhon Locke dengan teori Tabula rasa yang
mengemukakan bahwa jiwa anak yang baru lahir masih bersih seperti
kertas putih yang belum di tulisi. Pada masa sebelumnya para ulama
muslim pun sudah membahas masalah kejiwaan seperti Imam Al-Ghazali
(wafat 505 H), Imam Fachruddin Ar- Razi (wafat 324 H) dan lain
sebagainya. Pembahasan masalah psikologis merupakan bagian dari ilmu
Ushuluddin dan ilmu Tasawwuf.
Psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri baru
di mulai pada tahun 1879 ketika Wilhelm Wundt (1832 – 1920)mendirikan
laboratorium psikologi pertama di kota Leipzig, Jerman. Secara garis
besarnya sejarah psikologi dapat di bagi dalam dua tahap utama yaitu,
masa sebelum dan sesudah menjadi ilmu yang berdiri sendiri.
Dulu
ketika para ahli filsafat masih menggunakan logika, para ilmu faal juga
mulai menyelidiki gejala kejiwaan melalui eksperimen-eksperime.
Walaupun mereka menggunakan metode ilmiah ataun dengan kata lain di
sebut juga Empirisnamun mereka selidiki terutama tentang urat syaraf pengindraan (sensoris), syaraf penggerak(motoris).
Dengan demikian gejala kejiwaan yang mereka selidiki hanya merupakan
bagian dari objek ilmu faal. Tokohnya antara lain adalah: C Bell(1774 –
1842), F Magandie( 1758 – 1855) I.P Pavlov(1849 – 1936).
Masa sesudah psikologi menjadi ilmu yang berdiri sendiri merupakan masa dimana gejala kejiwaan dipelajari secara tersendiri dengan
metode ilmiah yang terlepas dari filsafat dan ilmu faal. Gejala
kejiwaan di pelajari secara sistematis dan lebih bersifat objektif.
Selain metode eksperimen digunakan pula metode instropeksi oleh W.
Wundt. Dengan gelar kesarjanaan W. Wundt adalah bidang kedokteran dan
hukum. Ia dikenal juga sebagai sosiolog dan filosof yang mengaku dirinya
sebagai psikolog. Ia di anggap sebagai bapak psikologi, dan sejak itu psikologi
berkembang pesat dengan bertambahnya sarjana psikologi dan kearagaman
pemikiran- pemikiran baru. Psikologi mulai bercabang ke dalam aliran
baru.
b. Pengertian Psikologi Menurut Beberapa Ahli
Ada banyak ahli yang mengemukakan pendapat tentang pengertian psikologi, diantaranya:
1. Pengertian Psikologi menurut
Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990), Psikologi adalah ilmu
yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat
secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.
2. Pengertian Psikologi menurut Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
3. Pengertian Psikologi menurut
Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku
individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah
laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi
perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya, sedangkan
tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan
lain sebagainya.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik sebagai
individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah laku
tersebut berupa tingkah laku yang tampak maupun tidak tampak, tingkah
laku yang disadari maupun yang tidak disadari.
Dapat diketahui bahwa pengertian psikologi merupakan
ilmu tentang tingkah laku. Pada hakekatnya tingkah laku manusia itu
sangat luas, semua yang dialami dan dilakukan manusia merupakan tingkah
laku. Semenjak bangun tidur sampai tidur kembali manusia dipenuhi oleh
berbagai tingkah laku. Dengan demikian objek ilmu psikologi sangat luas. Karena luasnya objek yang dipelajari psikologi, maka dalam perkembangannya ilmu psikologi dikelompokkan dalam beberapa bidang, yaitu :
1. Psikologi Perkembangan,
yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku yang terdapat pada tiap-tiap
tahap perkembangan manusia sepanjang rentang kehidupannya.
2. Psikologi Pendidikan, yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam situasi pendidikan.
3. Psikologi Sosial, ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan masyarakat sekitarnya.
4. Psikologi Industri, ilmu yang mempelajari tingkah laku yang muncul dalam dunia industri dan organisasi.
5. Psikologi Klinis, ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang sehat dan tidak sehat, normal dan tidak normal, dilihat dari aspek psikisnya.
6. Psikologi Kepribadian, ilmu yang mempelajari perilaku individu khusus yang dilihat dari aspek-aspek kepribadiannya.
7. Psikologi Abnormal, ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang tergolong abnormal.
2.2 Psikologi sebagai Ilmu
Psikologi sebagai ilmu merupakan pengetahuan yang di peroleh dengan pendekatan ilmiah, dan merupakan pengetahuan yang di peroleh dengan penelitian-penelitian ilmiah. Oleh karenanya
sebagai salah satu ciri psikologi sebagai suatu ilmu adalah berdasarkan
data empiris di samping data tersebut di peroleh secara sistematis, (
Morgan, dkk,1984 ). Namun, lebih spesifik lagi psikologi lebih banyak di
kaitkan dengan kehidupan organism manusia. Bruno (1987), membagi
pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling
berhubungan. Pertama psikologi adalah studi(penyelidikan) mengenai
“ruh”. Kedua, adalah ilmu pengetahuan mengenai “kehidupan mental”.
Ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “tingkah laku”
organism.
Psikologi
pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu karena didalamnya telah
memiliki kriteria persyaratan suatu ilmu, yakni :
§ Ontologis; obyek
dari psikologi pendidikan adalah perilaku-perilaku individu yang
terlibat langsung maupun tidak langsung dengan pendidikan, seperti
peserta didik, pendidik, administrator, orang tua peserta didik dan
masyarakat pendidikan.
§ Epistemologis; teori-teori,
konsep-konsep, prinsip-prinsip dan dalil – dalil psikologi pendidikan
dihasilkan berdasarkan upaya sistematis melalui berbagai studi longitudinalmaupun studi cross sectional, baik secara pendekatan kualitatif maupun pendekatan kuantitatif.
§ Aksiologis; manfaat dari psikologi pendidikan terutama sekali berkenaan dengan pencapaian efisiensi dan efektivitas proses pendidikan.
Dengan
demikian, psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu cabang
psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku individu dalam konteks
situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta,
generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan pendidikan, yang
diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian
efektivitas proses pendidikan.
Psikologi
sebagai suatu ilmu, mempunyai tugas-tugas atau fungsi-fungsi tertentu
seperti ilmu-ilmu pada umumnya. Adapun tugas-tugas psikologi ialah:
a. Mengadakan deskripsi, yaitu tugas untuk menggambarkan secara jelas hal-hal yang di bicarakan.
b. Menerangkan, yaitu tugas untuk menerangkan keadaan yang mendasari terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut.
c. Menyusun Teori, yaitu tugas mencari dan merumuskan ketentuan-ketentuan mengenai hubungan antara peristiwa satu dengan peristiwa yang lain.
d. Prediksi, yaitu untuk membuat ramalan mengenai hal-hal yang mungkin terjadi.
e. Pengendalian, yaitu tugas untuk mengatur peristiwa-peristiwa atau gejala.
Secara garis besar, umumnya batasan pokok bahasan psikologi pendidikan dibatasi atas tiga macam :
1. Mengenai belajar, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip dan ciri khas perilaku belajar peserta didik dan sebagainya.
2.
Mengenai proses belajar, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang
terjadi dalam kegiatan belajar peserta didik dan sebagianya.
3.
Mengenai situasi belajar, yakni suasana dan keadaan lingkungan baik
bersifat fisik maupun non fisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar
peserta didik.
Seperti
yang dipaparkan di depan kerena psikologi merupakan suatu ilmu, maka
dengan sendirinya psikologi juga mempunyai ciri-ciri seperti ilmu-ilmu
yang lain seperti,
· Objek tertentu
· Metode pendekatan atau penelitian tertentu
· Mempunyai riwayat atau sejarah tertentu
· Sistematika yang teratur sebagai hasil pendekatan terhadap objek
Tujuan mempelajari psikologi:
· Untuk
membantu guru dan calon guru agar menjadi lebih bijaksana membimbing
anak didiknya dalam hubungannya dengan proses pertumbuhan belajar.
· Agar
para guru dan calon guru memiliki dasar-dasar luas dalam mendidik pada
umumnya, dan bidang keahliannya pada khususnya, sehingga anak didiknya
lebih baik dalam belajar.
· Agar
para guru dan calon guru dapat menciptakan suatu sistem yang lebih
efisien dengan jalan mempelajarinya dan menganalisis tingkah laku anak
didik dalam proses-proses pendidikan yang berlangsung.
Manfaat mempelajari psikologi pendidikan:
· Bisa memahami anak didiknya dan untuk sampai pada tahap ini kita perlu mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak sejak lahir.
· Bisa
mengetahui peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi dalam setiap fase
serta faktor yang menunjang dan menghambat potensi-potensi dasar yang
memiliki anak serta intelegensi dan bakat sifat-sifat serta cirri-ciri
kepribadian anak.
· Bisa memahami hal-hal yang berhubungan dengan masalah belajar dan mengejar serta vareasi serta modelnya.
Ada 4 syarat psikologi sebagai ilmu, yaitu:
1. Mempunyai objek
Objek
psikologi ada 2 yaitu objek material dan objek formal. Objek material
yaitu apa saja yang di bahas, di pelajari dan di selidiki yang
ditentukan dan dijadikan sasaran pemikiran. Objek ini merupakan masalah
pokok. Objek formal yaitu cara pandang, dan tinjauan peneliti terhadap objek material dan prinsip-prinsip yang digunakan. Objek ini yang membedakan ilmu satu dengan ilmu lain.
2. Mempunyai ,metode
Cara
kerja untuk memahami objek sasaran dan psikologi sebagai ilmu
pengetahuan yang berdiri sendiri dan telah menggunakan metode ilmiah.
Sifat-sifat metode ilmiah yaitu objektif ( apa adanya), adekuat ( sesuai
masalah dan tujuan), Reliable (dapat dipercaya dan infonya tepat),
Valid (sesuai objek), Sistematis (urut atau tersusun dengan baik),
Akurat (member data yang teliti).
3. Sistematis
Psikologi mempunyai susunan yang baik dan benar. Berikut ada beberapa cabang psikologi yaitu:
a. Psikologi
teoritis yaitu psikologi berdasarkan teori.Teori ini digunakan untuk
memprediksi lalu teori ini digunakan untuk menjelaskan. Maka teori ini
merupakan alat terpenting dari satu ilmu pengetahuan. Ada 2 kelompok
psikologi teoritis:Psikologi umum psikologi ini mempelajari menguraikan
dan menyelidiki aktivitas psikis manusia yang sifatnya umum.psikologi
khusus psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia pada situasi
khusus.
b. Psikologi
praktis .Di sebut juga psikologi terapan yaitu psikologi yang
mempelajari tingkah laku individu dalam kehidupannya. Tujuannya untuk
menemukan prinsip-prinsip psikologi untuk memecahkan masalah-masalah
dalam kehidupan manusia. Adapun cabang-cabang psikologi praktis
diantaranya : Psikologi perusahaan ( menyelesaikan masalah – masalah
dalam perusahaan ) , Psikologi klinis dan bimbingan psikologi ( usaha
para psikolog untuk menolong orang yang menderita).
4. Universal
Psikologi itu harus berlaku untuk umum. Tidak hanya berlaku hanya pada satu cabang ilmu saja melainkan keseluruhan ilmu.
2.3 Aplikasi Psikologi
a. Aplikasi Landasan Psikologi dalam Pendidikan
Pengertian
Landasan Psikologis merupakan pemahaman terhadap peserta didik yang
berkaitan dengan aspek kejiwaan. Karena merupakan salah satu kunci
keberhasilan pendidikan bagi seorang pendidik. Oleh karena itu, hasil
kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam
bidang pendidikan.
Landasan
psikologi memberikan sumbangan dalam dunia pendidikan. Kita ketahui
bahwa Subjek dan objek pendidikan adalah manusia (peserta didik). Setiap
peserta didik memiliki keunikan masing – masing dan berbeda satu sama
lain. Oleh sebab itulah, kita sebagai guru memerlukan psikologi. Dengan
adanya psikologi memberikan
wawasan bagaimana memahami perilaku individu dalam proses pendidikan dan
bagaimana membantu individu agar dapat berkembang secara optimal serta
mengatasi permasalahan yang timbul dalam diri individu (siswa) terutama
masalah belajar yang dalam hal ini adalah masalah dari segi pemahaman
dan keterbatasan pembelajaran yang dialami oleh siswa. Psikologi
dibutuhkan di berbagai ilmu pengetahuan untuk mengerti dan memahami
kejiwaan seseorang.
Psikologi memiliki peran dalam dunia pendidikan baik itu dalam belajar dan pembelajaran. Pengetahuan
tentang psikologi sangat diperlukan oleh pihak guru atau instruktur
sebagai pendidik, pengajar, pelatih, pembimbing, dan pengasuh dalam
memahami karakteristik kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta
secara integral. Pemahaman psikologis peserta didik oleh pihak guru atau
instruktur di institusi pendidikan memiliki kontribusi yang sangat
berarti dalam membelajarkan peserta didik sesuai dengan sikap, minat,
motivasi, aspirasi, dan kebutuhan peserta didik, sehingga proses
pembelajaran di kelas dapat berlangsung secara optimal dan maksimal.
Pengetahuan
tentang psikologi diperlukan oleh dunia pendidikan karena dunia
pendidikan menghadapi peserta didik yang unik dilihat dari segi
karakteristik perilaku, kepribadian, sikap, minat, motivasi, perhatian,
persepsi, daya pikir, inteligensi, fantasi, dan berbagai aspek
psikologis lainnya yang berbeda antara peserta didik yang satu dengan
peserta didik yang lainnya. Perbedaan karakteristik psikologis yang
dimiliki oleh para peserta didik harus diketahui dan dipahami oleh
setiap guru atau instruktur yang berperan sebagai pendidik dan pengajar
di kelas, jika ingin proses pembelajarannya berhasil.
Beberapa peran penting psikologi dalam proses pembelajaran adalah :
1. Memahami
siswa sebagai pelajar, meliputi perkembangannya, tabiat, kemampuan,
kecerdasan, motivasi, minat, fisik, pengalaman, kepribadian, dan
lain-lain
2. Memahami prinsip – prinsip dan teori pembelajaran
3. Memilih metode – metode pembelajaran dan pengajaran
4. Menetapkan tujuan pembelajaran dan pengajaran
5. Menciptakan situasi pembelajaran dan pengajaran yang kondusif
6. Memilih dan menetapkan isi pengajaran
7. Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
8. Memilih alat bantu pembelajaran dan pengajaran
9. Menilai hasil pembelajaran dan pengajaran
10. Memahami dan mengembangkan kepribadian dan profesi guru
11. Membimbing perkembangan siswa
Menurut
Abimanyu (1996) mengemukakan bahwa peranan psikologi dalam pendidikan
dan pengajaran ialah bertujuan untuk memberikan orientasi mengenai
laporan studi, menelusuri masalah-masalah di lapangan dengan pendekatan
psikologi serta meneliti faktor-faktor manusia dalam proses pendidikan
dan di dalam situasi proses belajar mengajar. Psikologi dalam pendidikan
dan pengajaran banyak mempengaruhi perumusan tujuan pendidikan,
perumusan kurikulum maupun prosedur dan metode-metode belajar mengajar.
Psikologi ini memberikan jalan untuk mendapatkan pemecahan atas
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Teori dan proses belajar
2. Hubungan antara teknik mengajar dan hasil belajar.
5. Perbandingan hasil pendidikan formal dengan pendidikan informal atas diriindividu.
6. Pengaruh kondisi sosial anak didik atas pendidikan yang diterimanya.
7. Nilai sikap ilmiah atas pendidikan yang dimiliki oleh para petugas pendidikan.
8. Pengaruh interaksi antara guru dan murid dan antara murid dengan murid.
9. Hambatan, kesulitan, ketegangan, dan sebagainya yang dialami oleh anak didik selama proses pendidikan
10.Pengaruh perbedaan individu yang satu dengan individu yang lain dalam batas kemampuan belajar
b. Aplikasi Teori Psikologi dalam Teknologi Pendidikan
Psikologi memiliki berbagai cabang, Namun dalam teknologi
pendidikan lebih memprioritaskan psikologi pendidikan dan psikologi
belajar, karena teknologi pendidikan lebih membahas tentang tingkah laku
atau subjek dari teknologi pendidikan adalah peserta didik.
1. Psikologi pendidikan
Psikologi
pendidikan yaitu ilmu yang membahas segi-segi psikologi dalam lapangan
pendidikan dimana psikologi pendidikan adalah studi ilmiah mengenai
tingkah laku individu dalam situasi pendidikan. Tujuan psikologi
pendidikan ialah mempelajari tingkah laku manusia dan perubahan tingkah
laku itu sebagai akibat proses dari tangan pendidikan dan berusaha
bagaimana suatu tingkah laku itu seharusnya diubah, dibimbing melalui
pendidikan (Mustaqim, 2010)
Dengan
demikian, psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu
cabang psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku individu dalam
konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta,
generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan pendidikan,
yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian
efektivitas proses pendidikan.
Muhibbin
Syah (2003) mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang
perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan
yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik” Dengan
memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan –
pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
1. Merumuskan
tujuan pembelajaran secara tepat. Dengan memahami psikologi pendidikan
yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan
bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya,
dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi
perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan
individu.
2. Memilih
strategi atau metode pembelajaran yang sesuai. Dengan memahami
psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan
strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu
mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar
dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.
3. Memberikan
bimbingan atau bahkan memberikan konseling.Tugas dan peran guru, di
samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para
siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan
guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui
proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
4. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik. Memfasilitasi
artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki
siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat
diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan
perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman
psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami
kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator
belajar siswanya.
5. Menciptakan
iklim belajar yang kondusif. Efektivitas pembelajaran membutuhkan
adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi
pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim
sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat
belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
6. Berinteraksi
secara tepat dengan siswanya. Pemahaman guru tentang psikologi
pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara
lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan
siswanya.
7. Menilai
hasil pembelajaran yang adil. Pemahaman guru tentang psikologi
pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian
pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian,
pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil
penilaian.
2.4 Konsep Psikologi Guru
Dalam
proses belajar-mengajar dapat dikatakan bahwa ini inti permasalahan
psikiologis terletak pada anak didik. Bukan berarti mengabaikan
persoalan psikologi seorang pendidik, namun dalam seseorang telah
menjadi seorang pendidik maka ia telah melalui proses pendidikan dan
kematangan psikologis sebagai suatu kebutuhan dalam mengajar. Penguasaan
guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang
harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik.
Muhibbin
Syah (2003) mengatakan bahwa “diantara pengetahuan- pengetahuan yang
perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan
yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik” Guru
dalam menjalankan perannya sebagai pendidik bagi peserta didiknya,
tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya
maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama
perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat
menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya
dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di
sekolah.
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
1.
Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat. Dengan memahami psikologi
pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam
menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan
pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom
tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori
perkembangan individu.
2.
Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai. Dengan memahami
psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan
strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu
mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar
dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.
3.
Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling. Tugas dan peran
guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat
membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya
diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan
benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan
keakraban.
4.
Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik. Memfasilitasi
artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki
siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat
diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan
perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman
psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami
kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator
belajar siswanya.
5.
Menciptakan iklim belajar yang kondusif. Efektivitas pembelajaran
membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman
psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan
iklim sosio- emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa
dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
6.
Berinteraksi secara tepat dengan siswanya. Pemahaman guru tentang
psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan
siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang
menyenangkan di hadapan siswanya.
7.
Menilai hasil pembelajaran yang adil. Pemahaman guru tentang psikologi
pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian
pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian,
pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil
penilaian.
Guru dalam
menjalankan perannya sebagai pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para
peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek
perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan
tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya–,
sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada
gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan
pendidikan di sekolah.
Di
sinilah arti penting Psikologi Pendidikan, dengan memahami psikologi
pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan-pertimbangan psikologisnya
diharapkan dapat :
(a) Merumuskan tujuan pembelajaran,
(b) Memilih strategi atau metode pembelajaran,
(c) Memilih alat bantu dan media pembelajaran yang tepat,
(d) Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling kepada peserta didiknya,
(e) Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik,
(f) Menciptakan iklim belajar yang kondusif,
(g) Berinteraksi secara bijak dengan peserta didiknya,
(h) Menilai hasil pembelajaran, dan
(i) Dapat mengadministrasikan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Selain
itu, dengan memahami Psikologi Pendidikan para guru juga dapat
memahami dan mengembangkan diri-pribadinya untuk menjadi seorang guru
yang efektif dan patut diteladani. Penguasaan guru tentang psikologi
pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru,
yakni kompetensi pedagogik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebagai
objek sasaran dalam proses belajar mengajar adalah anak didik sebagai
manusia individu yang memiliki perilaku, karakteristik dan kemampuan
yang berbeda satu sama lain, maka dalam proses belajar mengajar, seorang
pendidik perlu memperhatikan faktor psikologi karena pendidikan sebagai
suatu proses perubahan tingkah laku yang diperolah melalui belajar
mengajar, tidak dapat dipisahkan dari psikologi. Guru sebagai
pendidik/pengajar menjadi subjek yang mutlak harus memiliki pengetahuan
psikologi sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik,
setidaknya dalam meminimalisir kegagalan dalam menyampaikan materi
pelajaran.
3.2 Saran
Dari kesimpulan di atas penyusun mempunyai saran mengenai pembahasan di atas yaitu:
· Guru seharusnya lebih menguasai ilmu psikologi untuk mngetahui dan menganalisis keadaan siswa di sekolah.
· Guru harus mengkonsepkan dirinya sendiri sebagai psikolog yang efektif dan diteladani.
· Guru
harus bisa mengaplikasikan dan menerapkan ilmu psikologinya,karena
dengan begitu guru dianggap berkompeten dalam ilmu pedagogik.
DAFTAR PUSTAKA
http://sutondoscript.blogspot.com/2011/06/pengertian-dan-definisi-psikologi.html
http://www.slideshare.net/YudhaArataAyabito/makalah-psikologi
http://defathya.multiply.com/journal/item/746/Psikologi-Pendidikan-N-Guru
Langganan:
Postingan (Atom)